Jumat, 13 Agustus 2010

jubah putih menyulam persembunyian wajah




malam telah meninggalkan makna
terbentang diungkapan sebuah lintasan
memuja pemutusan sarat purba
kian menjelaga menepi tonggak tonggak
berpayung lubang pengasapan mendupa
berdurja memuai mistik terperangah malam
diujung cadi menggerombol tonggak demi tonggak
pusara tiang pancang asap
membayangi kepulan demi kepulan sinar
mendekam cahaya kental desah purba
menggema penuh kekuatan berragam antah berantah,
mengernyit dahi para menyulam pelipis menari
kerutan kerutan angkara menjiwa padam
terbelenggu waktuku menatah sepi menggema
mengudara dingin semilir kehangatan ,

hamparan membukit terbalik kilatan
menghampar hempasan penuh keremangan
cahaya memijar seputaran palungmu
mendekap suci wudhu menyeru tetes demi tetes
mensucikan kata dalam sebongkah air
membasuh wajah melukis jiwa mereka
menyulam reka bermakna,

pergeseran lentingan waktu
meremang dalam nuansa menetak langkah
menikam menderu kesepuhan menyala
untaian sorban mengelilingi jarum merenda waktu
mencumbu hutan belantara dalam hutan hutanmu,
menggema makna penyepuhan
membentang tiang tiang bersejarah
disandaran dinding usang pemenuhan
berkalang aroma ketertundukan dalam mengupas khidmat
meremang kuduk disepanjang mata,

mentari mengejar ufuk timur
membenam petang menjingga lukisan lembut telinga
mendengar luapan semenanjung dititah pantai semesta
dermaga tersulam tikar tikar usang
dipersekutuan antara lintasan
pulau pulau membentang luasmu,

perlahan tertatah buluh buluh terbentang
tikaman wajah jiwa jiwa mencandi,
satu persatu mengurai tingkatan
menaiki anak demi anak tangga
mengurai jejak yang semakin menjejak
menggaris muara tanah memerah
semakin menggugah buhul buhul pernyatuan sang,
saat mata dan telinga semakin menggema
uraianmu merentang kuasa sang maha
dibawah nafasmu semakin menghilang
terselinap antara putaran desah riakan
menggetas arus terseret menggelora
dari makna terperikan,

perjalanan penuh menjelaga
bentangan ufuk timur terpersembahkan
jalan jalan penuh harapan melintasi tebing
dan merentang tabngan menyatu batuan
di hamparan karang menggema lautan bergelombang
tertawan angin berkekuatan simponimu menggema
di kaki kecil terdahulu bermandikan cahaya keperakan
berpasir istana istana kecil diusung tanganmu
melukis dalam warna berjuta warna mengkota nafasmu,

sebutir langkah menyingkap tirai
berjendela ukiran purba berwarna merah kehitaman,
detakmu terhenti menyatu di ufuk timur
menyelami panggilan maha berkumandang
para azan ditikamkan menyulut kalbu
membaha asa menuju khayanagn penuh makna,
saat subuh semenanjung memeluk air
tersucikan nafas demi nafas terlewati,



bantenese
april 13`10

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar