Senin, 07 April 2014



- Keris Kyai Jangkung Pacar (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 3, Pamor Lawe Saukel, Bahan Besi Baja Katum/Malik, 

Besi Kamboja/Tumpang (Warna Hitam Hijau Keputihan Berbintik), Dapur Jangkung
- Empu Damarjati, dari Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Legenda Peninggalan Pusaka Berdirinya Kasultanan Cirebon, Jawa Barat, 

Sultan Panembahan Ratu, Raja Ke-III Kasultanan Cirebon, 
dimakamkan di Pemakaman Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat





 
- Keris Kyai Kala Welang (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 13, Pamor Adek Sapu, Mrambut, Singkir, Bahan Besi Baja Kenur/Tumpang, Besi Ambal/Walulin (Warna Coklat Merah Kehitaman), Dapur Kala Welang
- Empu Sarpo Dewo, dari Gunung Pangrango, Jawa Barat
- Legenda Peninggalan Pusaka Berdirinya Kerajaan Tarumanagara, di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Raja Prabu Sudhawarman, Raja Kerajaan Tarumanagara, Jawa Barat
— 



 
- Keris Kyai Sempana Bungkem (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 9, Pamor Tambal Wengkon, Bahan Besi Baja Karang Kijang/Tumpang, Besi Purosani/Ambal (Warna Hitam Coklat Kehijauan), Dapur Sempana Bungkem
- Empu Janggita, dari Gunung Malabar, Jawa Barat
- Legenda Peninggalan Pusaka Berdirinya Kerajaan Sunda Galuh, Rawa Lakbok, Ciamis, Jawa Barat, Raja Prabu Susuk Tunggal, Raja Kerajaan Galuh Pasundan, Jawa Barat






 
- Keris Kyai Kelap Lintah (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 1 (Lurus), Pamor Sendang Kebak, Mrambut, Bahan Besi Baja Balitung/Tumpang, Besi Teratai/Walulin/Ambal (Warna Coklat Merah Kehijauan), Dapur Tilam Upih
- Empu Janggita, dari Gunung Sumbing, Jawa Tengah
- Prabu Sanjaya Harisdarma, alias Raja Prabu Rakai Mataram, Raja Kerajaan Medhang Mataram, Jawa Tengah
— 



 
- Keris Kyai Carita Bungkem (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 11, Pamor Junjung Drajat/Adek Singkir, Bahan Besi Baja Ambal/Enuh, Besi Walulin/Tumpang (Warna Coklat Kuning Kehijauan), Dapur Carita Bungkem
- Empu Ganda Wisesa, dari Gunung Gede, Jawa Barat
- Raja Prabu Nagajayawarman, Raja Kerajaan Tarumanagara, 

di daerah Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat





 
- Keris Sang Jangkung Mayat (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 3, Pamor Mrutu Sewu/Tumpuk, Bahan Besi Baja Ambal/Winduaji/Enuh, Besi Pulosani/Walulin (Warna Coklat Kuning Kehijauan), Dapur Jangkung Mayat
- Empu Mayang, dari Gunung Karang, Pandeglang, Banten
- Legenda Berdirinya Kerajaan Salakanagara, Raja Prabu Dewawarman, Raja Kerajaan Salakanagara, di Labuan, Pandeglang, Banten
— 



 - Keris Kyai Lunggandgu (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 11, Pamor Tirta Mambeg/Tumpuk, Bahan Besi Baja Enuh/Penawang/Goran, Besi Balitung/Tumbuk (Warna Coklat Kuning Batu Kehijauan), Dapur Lunggandhu
- Empu Sugati, dari Gunung Malabar, Jawa Barat
- Raja Prabu Gilingwesi, Raja Kerajaan Sunda Galuh Pasundan, Jawa Barat








- Keris Kyai Hudan Jingga (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 11, Pamor Sendang Kebak, Bahan Besi Baja Karang Kijang/Walulin, Besi Warani/Malik/Enuh (Warna Hitam Coklat Putih Kehijauan), Dapur Hudan Jingga
- Empu Welang, dari Gunung Gede, Jawa Barat
- Raden Jaka Pitutur, alias Raden Arakali, alias Bathara Katong, menjabat sebagai Adipati Ponorogo Ke-I, Jawa Timur, putra Raja Prabu Brawijaya Ke-V Raja Kerajaan Majapahit Terakhir, dimakamkan di Ponorogo, Jawa Timur
— 



 
- Keris Kyai Singo Barong (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 9, Pamor Mega Kemukus, Bahan Besi Baja Karang Kijang/Terate/Enuh, Besi Walulin/Tumpang (Warna Hitam Coklat Keabuan), Dapur Singo Barong
- Empu Madrim/Supo, dari Besalen Tuban, Majapahit, Jawa Timur
- Sultan Trenggono, putra Raden Patah, Sultan Demak Ke-III, dimakamkan di Mesjid Agung Demak, Jawa Tengah
— 






- Keris Kyai Lamak Godhong (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 13, Pamor Buntel Mayit, Bahan Besi Baja Meteor/Ambal/Enuh, Besi Tumpang/Malik (Warna Hitam Hijau Kekuningan), Dapur Kantar
- Empu Sriloka/Akasa, dari Pulau Madura, Jawa Timur
- Legenda Peninggalan Pusaka Runtuhnya Kasultanan Demak Bintara, Jawa Tengah, Pangeran Mukmin, alias Sunan Prawata (adik Ratu Kalinyamat), cucu Raden Patah, putra bungsu Sultan Trenggono Sultan Ke-III Kasultanan Demak Bintara, dimakamkan di Gunung Prawata, Demak, Jawa Tengah (Wafat dibunuh oleh Pangeran Haryo Penangsang Adipati Jipang Panolan, Kasultanan Demak) Jawa Tengah





- Keris Kyai Carita Keprabon (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 11, Pamor Mrutu Sewu/Tumpuk/Dwiwarna, Bahan Besi Baja Karang Kijang/Katub/Malik, Besi Enuh/Terate (Warna Coklat Putih Kehijauan Berbintik), Dapur Carita Keprabon
— 




- Keris Kyai Durgandana (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 1 (Lurus), Dapur Ron Pakis/Tumpuk, Bahan Besi Baja Walulin/Ambal, Besi Terate/Malik/Tumpang (Warna Coklat Batu Kuning Kehijauan), Dapur Durgandana
- Empu Sutopasono, dari Gunung Lawu, Jawa Tengah
- Pangeran Hadirin, suami Nyai Ratu Kalinyamat, menantu Sultan Trenggono Sultan Demak Ke-III, dimakamkan di Desa Mantingan, Jepara, Jawa Tengah






- Keris Kyai Jlamprang (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 13, Pamor Melati Tumpuk, Bahan Besi Baja Karang Kijang/Werani/Malik, Besi Walulin/Enuh (Warna Coklat Batu Kuning Kehijauan), Dapur Jlamprang
- Empu Sarpadewa, dari Gunung Galunggung, Jawa Barat
- Raja Prabu Tamperan Barmawijaya, alias Rakeyan Panaraban, Raja Kerajaan Sunda Galuh Pasundan, di daerah Rawa Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat







- Keris Kyai Carita Gumilir (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 11, Pamor Sumsum Buron/Triwarna/Tumpuk, Bahan Besi Baja Walulin/Enuh/Tumpang, Besi Terate/Katub (Warna Hitam Coklat Kehijauan), Dapur Carita Gumilir
—  


  

- Keris Kyai Carubuk (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 7, Pamor Ujung Gunung, Bahan Besi Baja Ambal/Enuh, Besi Pulosani/Tumpang/Walulin (Warna Coklat Merah Kehijauan), Dapur Carubuk
- Empu Mayang, dari Gunung Gede, Jawa Barat
- Raja Prabu Purnawarman, Raja Kerajaan Tarumanagara, Jawa Barat





 
- Keris Kyai Pasopati (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 1 (Lurus), Pamor Tumpuk/Beras Wutah, Bahan Besi Baja Karang Kijang/Walulin/Ambal, Besi Terate/Malik/Tumpang (Warna Coklat Kuning Batu Kehijauan), Dapur Pasopati
- Empu Mayang, dari Gunung Pangrango, Jawa Barat
- Raja Prabu Purnawarman, Raja Kerajaan Tarumanagara, Jawa Barat





 
- Keris Kyai Jaladara (Sorsoran/Bagian Bawah)
- Luk 11, Pamor Ngendit/Buntel Mayit, Bahan Besi Baja Enuh/Werani/Katub, Besi Ambal/Terate (Warna Coklat Batu Hijau Keabuan), Dapur Jaladara
- Empu Supo, dari Besalen Tuban, Majapahit, Jawa Timur
- Pangeran Jin Bun, alias Raden Patah, Sultan Demak Ke-I, 

dimakamkan di Mesjid Agung Demak, Jawa Tengah






























 

Senin, 31 Maret 2014

ing badane manusa

Sifat 30 ing badane manusa

Alif     : Grana, Ba : netra, Ta : delujuran tingal loro, Tsa : bau tengen, Jim : bau kiwa, Ha : tangan tengen, Kha : tangan kiwa, Da’ : ugel-ugel tangan karo, Dzal : Kepala rambut, Ra : iga tengen, Zai : iga kiwa, Sin : susu tengen, Syin : susu kiwa, Tsad : bokong tengen, Dlad : bokong kiwa, Tha : ati, Da’ : untu, Ain : pupu tengen, Ghain : pupu kiwa, Fa : wentis tengen, Kaf : wentis kiwa, Kof : kulit, Lam : daging, Mim : utek, Num : cahya, Wau : dalam akan karo, Ha : sumsum, Lam alif : badan manusa, amzah, ngabakake kabeh, ya : cangkem ya manusa
Sayektine sifat 20 jaba jero
Urip jaba kang nguripi jero, pangucap jaba kang pangucap jero, pangambu jaba kang ngambu jero, ngrasa jaba kang rumasa jero, kerasa jaba kang kerasa jero polah jaba, kang molah jero, pangrungu jobo kang ngrungu jero, karsa jaba, kang kersa jero, paningal jaba kang ningali jero, pandulu jaba kang ndulu jero
Dadi sifat 8 dununge tingal Sabar, sareh, jinem, sumeh, eling, eneng, ening, langgeng.
Dadi sifat 4 : Sir, Budi, Cipta, Akal
Dadi sifat 2 : Angen-angen, pangangen-angen

.

 

Falsafah Orang Jawa



Falsafah Orang Jawa

Yang dimaksud orang Jawa oleh Magnis-Suseno adalah orang yang bahasa ibunya bahasa Jawa dan merupakan penduduk asli bagian tengah da timur pulau Jawa.
Berdasarkan golongan sosial, menurut sosiolog Koentjaraningrat, orang Jawa diklasifikasi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Wong cilik (orang kecil) terdiri dari petani dan mereka yang berpendapatan rendah.
2. Kaum Priyayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual
3. Kaum Ningrat gaya hidupnya tidak jauh dari kaum priyayi
Selain dibedakan golongan sosial, orang Jawa juga dibedakan atas dasar keagamaan dalam dua kelompok yaitu:
1. Jawa Kejawen yang sering disebut abangan yang dalam kesadaran dan cara hidupnya ditentukan oleh tradisi Jawa pra-Islam. Kaum priyayi tradisional hampir seluruhnya dianggap Jawa Kejawen, walaupun mereka secara resmi mengaku Islam
2. Santri yang memahami dirinya sebagai Islam atau orientasinya yang kuat terhadap agama Islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam
Alam pikiran dan pandangan hidup orang Jawa
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelumnya semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Pusat yang dimakusd disini dalam pengertian ini adalah yang dapat memebrikan penghidupan, kesimbangan, dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan penghubung dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang
demikian biasa disebut Kawula lan Gusti, yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir itulah manusia menyerahkan diri secara total selaku kawula (hamba)terhadap Gustinya(SangPencipta).
Sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan bukan muslim santri yaitu yang mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati.
Pandangan hidup merupakan suatu abstraksi dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah pengaturan mental dari pengalaman hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu sikap terhadap hidup.
Ciri pandangan hidup orang Jawa adalah realitas yang mengarah kepada pembentukan kesatuan numinus antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Orang Jawa bahwa kehidupan mereka telah ada garisnya, mereka hanya menjalankan saja.
Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu atau merupakan kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural da penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius. Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.
Dalam makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki hirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan orang Jawa dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia atas-dunia manusia-dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan.
Sikap dan pandangan tehadap dunia nyata (mikrokosmos) adalah tercermin pada kehidupan manusia dengan lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam mengahdapi kehidupan manusia yang baik dan benar didunia ini tergantung pada kekuatan batin dan jiwanya.
Bagi orang Jawa, pusat di dunia ada pada raja dan karaton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja adalah perwujudan Tuhan di dunia sehingga dalam
dirinya terdapat keseimbangan berbagai kekuatan alam. Jadi raja adalah pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari Tuhan dengan karaton sebagai kediaman raja . karaton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja karena raja merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan
Kegiatan religius orang Jawa Kejawen
Menurut kamus bahasa Inggris istilah kejawen adalah Javanism, Javaneseness; yang merupakan suatu cap deskriptif bagi unsur-unsur kebudayaan Jawa yang dianggap sebagai hakikat Jawa dan yang mendefinisikannya sebagai suatu kategori khas. Javanisme yaitu agama besarta pandangan hidup orang. Javanisme yaitu agama besarta pandangan hidup orang Jawa yang menekankan ketentraman batin, keselarasan dan keseimbangan, sikap nrima terhadap segala peristiwa yang terjadi sambil menempatkan individu di bawah masyarakat dan masyarakat dibawah semesta alam.
Kemungkinan unsur-unsur ini berasal dari masa Hindu-Budha dalam sejarah Jawa yang berbaur dalam suatu filsafat, yaitu sistem khusus dari dasar bagi perilaku kehidupan. Sistem pemikiran Javanisme adalah lengkap pada dirinya, yang berisikan kosmologi, mitologi, seperangkat konsepsi yang pada hakikatnya bersifat mistik dan sebagainya yang anthropologi Jawa tersendiri, yaitu suatu sistem gagasan mengenai sifat dasar manusia dan masyarakat yang pada gilirannya menerangkan etika, tradisi, dan gaya Jawa. Singkatnya Javanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai suatu badan pengetahuan yang menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan kehidupan sebagimana adanya dan rupanya. Jadi kejawen bukanlah suatu kategori keagamaan, tetapi menunjukkan kepada suatu etika dan gaya hidup yang diilhami oleh cara berpikir Javanisme.
Sebagian besar dari masyarakat Jawa adalah Jawa Kejawen atau Islam abangan, dalam hal ini mereka tidak menjalani kewajiban-kewajiban agama Islam secara utuh misalnya tidak melakukan sembayang lima waktu, tidak ke mesjid dan ada juga yang tidak berpuasa di saat bulan Ramadhan. Dasar pandangan mereka adalah pendapat bahwa tatanan alam dan masyarakat sudah ditentukan dalam segala seginya. Mereka menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya jadi mereka harus menaggung kesulitanhidupnya dengan sabar. Anggapan-anggapan mereka itu berhubungan erat dengan kepercayaan mereka pada bimbingan adikodrati dan bantuan dari roh nenek moyang yang seperti Tuhan sehingga menimbulkan perasaan keagamaan dan rasa aman
Kejawen dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti tentang rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa kejawen ini sering sekali diwakili yang paling baik oleh golongan elite priyayi lama dan keturunan-keturunannya yang menegaskan adalah bahwa kesadaran akan budaya sendiri merupakan gejala yang tersebar luas dikalangan orang Jawa. Kesadaran akan budaya ini sering kali menjadi
sumber kebanggaan dan identitas kultural. Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa sevara mendalam sebagai kejawen.
Pemahan orang Jawa Kejawen ditentukan oleh kepercayaan mereka pada pelbagai macam roh-roh yang tidak kelihatan yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyakit apabila mereka dibuat marah atau penganutnya tidak hati-hati. Untuk melindungi semuanya itu, orang Jawa kejawen memberi sesajen atau caos dahar yang dipercaya dapat mengelakkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya terdiri dari nasi dan aneka makanan lain, daun-daun bunga serta kemenyan.
Contoh kegiatan religius dalam masyarakat Jawa, khususnya orang Jawa Kejawen adalah puasa atau siam. Orang Jawa Kejawen mempunyai kebiasaan berpuasa pada hari-hari tertentu misalnya Senin-Kamis atau pada hari lahir, semuanya itu merupakan asal mula dari tirakat. Dengan tirakat orang dapat menjadi lebih kuat rohaninya dan kelak akan mendapat manfaat. Orang Jawa kejawen menganggap bertapa adalah suatu hal yang cukup penting. Dalam kesusastraan kuno orang Jawa, orang yang berabad-abad bertapa dianggap sebagai orang keramat karena dengan bertapa orang dapat menjalankan kehidupan yang ketat ini dengan disiplin tinggi serta mampu manahan hawa nafsu sehingga tujuan-tujuan yang penting dapat tercapai. Kegiatan orang Jawa kejawen yang lainnya adalah meditasi atau semedi. Menurut Koentjaraningrat, meditasi atau semedi biasanya dilakukan bersama-sama dengan tapabrata (bertapa) dan dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap keramat misalnya di gunung, makam keramat, ruang yang dikeramatkan dan sebagainya. Pada umumnya orang melakukan meditasi adalah untuk mendekatkan atau menyatukan diri dengan Tuhan.
Spiritualitas Jawa
Sejak jaman awal kehidupan Jawa (masa pra Hindu-Buddha), masyarakat Jawa telah memiliki sikap spiritual tersendiri. Telah disepakati di kalangan sejarawan bahwa, pada jaman jawa kuno, masyarakat Jawa menganut kepercayaan animisme-dinamisme. Yang terjadi sebenarnya adalah: masyarakat Jawa saat itu telah memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan yang bersifat: tak terlihat (gaib), besar, dan menakjubkan. Mereka menaruh harapan agar mendapat perlindungan, dan juga berharap agar tidak diganggu kekuatan gaib lain yang jahat (roh-roh jahat) (Alisyahbana, 1977).
Hindu dan Buddha masuk ke pulau Jawa dengan membawa konsep baru tentang kekuatan-kekuatan gaib. Kerajaan-kerajaan yang berdiri memunculkan figur raja-raja yang dipercaya sebagai dewa atau titisan dewa. Maka berkembanglah budaya untuk patuh pada raja, karena raja diposisikan sebagai ‘imam’ yang berperan sebagai pembawa esensi kedewataan di dunia (Simuh, 1999). Selain itu berkembang pula sarana komunikasi langsung dengan Tuhan (Sang Pemilik Kekuatan), yaitu dengan laku spiritual khusus seperti semedi, tapa, dan pasa (berpuasa).
Jaman kerajaan Jawa-Islam membawa pengaruh besar pada masyarakat, dengan dimulainya proses peralihan keyakinan dari Hindu-Buddha ke Islam. Anggapan bahwa raja adalah ‘Imam’ dan agama ageming aji-lah yang turut menyebabkan beralihnya agama masyarakat karena beralihnya agama raja, disamping peran aktif para ulama masa itu. Para penyebar Islam –para wali dan guru-guru tarekat- memperkenalkan Islam yang bercorak tasawuf. Pandangan hidup masyarakat Jawa sebelumnya yang bersifat mistik (mysticism) dapat sejalan, untuk kemudian mengakui Islam-tasawuf sebagai keyakinan mereka.
Spiritual Islam Jawa, yaitu dengan warna tasawuf (Islam sufi), berkembang juga karena peran sastrawan Jawa yang telah beragama Islam. Ciri pelaksanaan tasawuf yang menekankan pada berbagai latihan spiritual, seperti dzikir dan puasa, berulang kali disampaikan dalam karya-karya sastra. Petikan serat Wedhatama karya K.G.A.A. Mangku Negara IV:
Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas, tegese kas nyamkosani. Setya budya pangekese dur angkara (Pupuh Pucung, bait I)
Artinya:
Ngelmu (ilmu) itu hanya dapat dicapai dengan laku (mujahadah), dimulai dengan niat yang teguh, arti kas menjadikan sentosa. Iman yang teguh untuk mengatasi segala godaan rintangan dan kejahatan.(Mengadeg, 1975).
Di sini ngelmu lebih dekat dengan ajaran tasawuf, yaitu ilmu hakikat / ilmu batin, karena dijalani dengan mujahadah / laku spiritual yang berat (Simuh, 1999). Dalam masyarakat Jawa, laku spiritual yang sering dilakukan adalah dengan tapa, yang hampir selalu dibarengi dengan pasa (berpuasa).
Puasa dalam Masyarakat Jawa
Pada saat ini terdapat bermacam-macam jenis puasa dalam masyarakat Jawa. Ada yang sejalan dengan fiqih Islam, namun banyak juga yang merupakan ajaran guru-guru kebatinan ataupun warisan jaman Hindu-Buddha. Kata pasa (puasa) hampir dapat dipertukarkan dengan kata tapa (bertapa), karena pelaksanaan tapa (hampir) selalu dibarengi pasa.
Di antara macam-macam tapa / pasa, beberapa dituliskan di bawah ini:
Jenis:
Metode:
pasa di bulan pasa (ramadhan)
sama dengan puasa wajib dalam bulan ramadhan. Sebelumnya, akhir bulan ruwah (sya’ban ) dilakukan mandi suci dengan mencuci rambut
tapa mutih (a)
hanya makan nasi selama 7 hari berturut-turut
tapa mutih (b)
berpantang makan garam, selama 3 hari atau 7 hari
tapa ngrawat
hanya makan sayur selama 7 hari 7 malam
tapa pati geni
berpantang makan makanan yang dimasak memakai api (geni) selama sehari-semalam
tapa ngebleng
tidak makan dan tidak tidur selama 3 hari 3 malam
tapa ngrame
siap berkorban /menolong siapa saja dan kapan saja
tapa ngéli
menghanyutkan diri di air (éli = hanyut)
tapa mendem
menyembunyikan diri (mendem)
tapa kungkum
menenggelamkan diri dalam air
tapa nggantung
menggantung di pohon
dan masih banyak lagi jenis lainnya seperti tapa ngidang, tapa brata, dll.
Untuk memahami makna puasa menurut budaya Jawa, perlu diingat beberapa hal. Pertama, dalam menjalani laku spiritual puasa, tata caranya berdasarkan panduan guru-guru kebatinan, ataupun lahir dari hasil penemuan sendiri para pelakunya. Sedangkan untuk mengetahui sumber panduan guru-guru kebatinan, kita harus melacak tata cara keyakinan pra Islam-Jawa. Kedua, ritual puasa ini sendiri bernuansa tasawuf / mistik. Sehingga penjelasannya pun memakai sudut pandang mistis dengan mengutamakan rasa dan mengesampingkan akal / nalar. Ketiga, dalam budaya mistik Jawa terdapat etika guruisme, di mana murid melakukan taklid buta pada Sang Guru tanpa menonjolkan kebebasan untuk bertanya. Oleh karena itu, interpretasi laku spiritual puasa dalam budaya Jawa tidak dilakukan secara khusus terhadap satu jenis puasa, melainkan secara umum
Sebagai penutup, dapatlah kiranya dituliskan interpretasi laku spiritual puasa dalam budaya Jawa yaitu:
1. Puasa sebagai simbol keprihatinan dan praktek asketik.
Ciri laku spiritual tapa dan pasa adalah menikmati yang tidak enak dan tidak menikmati yang enak, gembira dalam keprihatinan. Diharapkan setelah menjalani laku ini, tidak akan mudah tergoda dengan daya tarik dunia dan terbentuk pandangan spiritual yang transenden. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa pasa bertujuan untuk penyucian batin dan mencapai kesempurnaan ruh.
2. Puasa sebagai sarana penguatan batin
Dalam hal ini pasa dan tapa merupakan bentuk latihan untuk menguatkan batin. Batin akan menjadi kuat setelah adanya pengekangan nafsu dunia secara konsisten dan terarah. Tujuannya adalah untuk mendapat kesaktian, mampu berkomunikasi dengan yang gaib-gaib: Tuhan ataupun makhluk halus.
Interperetasi pertama dan kedua di atas acapkali berada dalam satu pemaknaan saja. Hal ini karena pandangan mistik yang menjiwainya, dan berlaku umum dalam dunia tasawuf. Dikatakan oleh Sayyid Husein Nasr, ”Jalan mistik sebagaimana lahir dalam bentuk tasawuf adalah salah satu jalan di mana manusia berusaha mematikan hawa nafsunya di dalam rangka supaya lahir kembali di dalam Ilahi dan oleh karenanya mengalami persatuan dengan Yang Benar” (Nasr, 2000)
3. Puasa sebagai ibadah.
Bagi orang Jawa yang menjalankan syariat Islam. puasa seperti ini dijalankan dalam hukum-hukum fiqihnya. Islam yang disadari adalah Islam dalam bentuk syariat, dan kebanyakan hidup di daerah santri dan kauman.
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana
dan atas ijin serta kehendakNYA. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang dapat memberikan penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gusti,
yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya. Puncak gunung dalam kebudayaan Jawa dianggap suatu tempat yang tinggi dan paling dekat dengan dunia diatas, karena pada awalnya dipercayai bahwa roh nenek moyang tinggal di gunung-gunung.
Sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan yang telah berusaha mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir islam, dengan pandangan asli mengenai alam kodrati ( dunia ini ) dan alam adikodrati ( alam gaib atau supranatural )
Ciri pandangan hidup orang Jawa adalah realitas yang mengarah kepada pembentukan kesatuan Numinus antara alam nyata, masyarakat dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Alam adalah ungkapan kekuasaan yang menentukan kehidupan. Orang Jawa percaya bahwa kehidupan mereka telah ada garisnya, mereka hanya menjalankan saja.
Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu, atau merupakan kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos ( alam ) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.


.

 

Sedulur Papat Limo Pancer

Sedulur Papat Limo Pancer

Ing Kekayon wayang purwa kang kaprahe kasebut Gunungan, ana kono gambar Macan, Bantheng, Kethek lan Manuk Merak. Kocape kuwi mujudake Sedulur Papat mungguhing manungsa. Kewan cacah papat mau nggambarake nafsu patang warna yaiku : Macan nggambarake nafsu Amarah, Bantheng nggambarake nafsu Supiyah, Kethek nggambarake nafsu Aluamah, lan Manuk Merak nggambarake nafsu Mutmainah
SEDULUR PAPAT LIMA PANCER Njupuk sumber saka Kitab Kidungan Purwajati seratane , diwiwiti saka tembang Dhandanggula kang cakepane mangkene:
Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang Ing tembang dhuwur iku disebutake yen ” Sedulur Papat ” iku Marmati, Kawah, Ari-Ari, lan Getih kang kaprahe diarani Rahsa. Kabeh kuwi mancer neng Puser (Udel) yaiku mancer ing Bayi.
Cethane mancer marang uwonge kuwi. Geneya kok disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari-Ari lan Rahsa kuwi?. Marmati iku tegese Samar Mati ! lire yen wong wadon pas nggarbini ( hamil ) iku sadina-dina pikirane uwas Samar Mati. Rasa uwas kawatir pralaya anane dhisik dhewe sadurunge metune Kawah, Ari-Ari lan Rahsa kuwi mau, mulane Rasa Samar Mati iku banjur dianggep minangka Sadulur Tuwa. Wong nggarbini yen pas babaran kae, kang dhisik dhewe iku metune Banyu Kawah sak durunge laire bayi, mula Kawah banjur dianggep Sadulur Tuwa kang lumrahe diarani Kakang Kawah. Yen Kawah wis mancal medhal, banjur disusul laire bayi, sakwise kuwi banjur disusul wetune Ari-Ari. Sarehne Ari-Ari iku metune sakwise bayi lair, mulane Ari-Ari iku diarani Sedulur Enom lan kasebut Adhi Ari-Ari Lamun ana wong abaran tartamtu ngetokake Rah ( Getih ) sapirang-pirang. Wetune Rah (Rahsa) iki uga ing wektu akhir, mula Rahsa iku uga dianggep Sedulur Enom. Puser (Tali Plasenta) iku umume PUPAK yen bayi wis umur pitung dina. Puser kang copot saka udel kuwi uga dianggep Sedulure bayi. Iki dianggep Pancer pusate Sedulur Papat. Mula banjur tuwuh unen-unen ” SEDULUR PAPAT LIMA PANCER ” Ing Kekayon wayang purwa kang kaprahe kasebut Gunungan, ana kono gambar Macan, Bantheng, Kethek lan Manuk Merak. Kocape kuwi mujudake Sedulur Papat mungguhing manungsa.
Kewan cacah papat mau nggambarake nafsu patang warna yaiku : Macan nggambarake nafsu Amarah, Bantheng nggambarake nafsu Supiyah, Kethek nggambarake nafsu Aluamah, lan Manuk Merak nggambarake nafsu Mutmainah kang kabeh mau bisa dibabarake kaya ukara ing ngisor iki: Amarah : Yen manungsa ngetutake amarah iku tartamtu tansaya bengkerengan lan padudon wae, bisa-bisa
manungsa koncatan kasabaran,kamangka sabar iku mujudake alat kanggo nyaketake dhiri marang Allah SWT. Supiyah / Kaendahan : Manungsa kuwi umume seneng marang kang sarwa endah yaiku wanita (asmara). Mula manungsa kang kabulet nafsu asmara digambarake bisa ngobong jagad. Aluamah / Srakah : Manungsa kuwi umume padha nduweni rasa srakah lan aluamah, mula kuwi yen ora dikendaleni, manungsa kepengine bisa urip nganti pitung turunan. Mutmainah / Kautaman : Senajan kuwi kautaman utawa kabecikan, nanging yen ngluwihi wates ya tetep ora becik.
Contone; menehi duwit marang wong kang kekurangan kuwi becik, nanging yen kabeh duwene duwit diwenehake satemah uripe dewe rusak, iku cetha yen ora apik. Mula kuwi, sedulur papat iku kudu direksa lan diatur supaya aja nganti ngelantur. Manungsa diuji aja nganti kalah karo sedulur papat kasebut, kapara kudu menang, lire kudu bisa ngatasi krodhane sedulur papat. Yen manungsa dikalahake dening sedulur papat iki, ateges jagade bubrah. Ing kene dununge pancer kudu bisa dadi paugeran lan dadi pathokan. Bener orane, nyumanggakake
Mbikak ing wasana suba
Agung ing nagri suka
Sabda ratuning nusa
Nunut anggentosi warso
Ibering si angkara
Njamasi tetangisin bangsa
Olo muksa jejeg praja
CIPTA TUNGGAL
cipta bermakna: pengareping rasa, tunggal artinya satu atau difokuskan ke satu obyek. Jadi Cipta Tunggal bisa diartikan sebagai konsentrasi cipta.
1. Cipta, karsa ( kehendak ) dan pakarti ( tindakan ) selalu aktif selama orang itu masih hidup. Pakarti bisa berupa tindakan fisik maupun non fisik, pakarti non fisik misalnya seseorang bisa membantu memecahkan atau menyelesaikan masalah orang lain dengan memberinya nasehat, nasehat itu berasal dari cipta atau rasa yang muncul dari dalam. Sangatlah diharapkan seseorang itu hanya menghasilkan cipta yang baik sehingga dia juga mempunyai karsa dan pakarti/tumindak yang baik, dan yang berguna untuk diri sendiri atau syukur -syukur pada orang lain.
2. Untuk bisa mempraktekkan tersebut diatas, orang itu harus selalu sabar, konsestrasikan cipta untuk sabar, orang itu bisa makarti dengan baik apabila kehendak dari jiwa dan panca indera serasi lahir dan batin. Ingatlah bahwa jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan api, angin, tanah dan air.
3. Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :
Minumlah segelas air dingin dipagi hari, siang dan malam sebelum tidur, air segar ini bagus untuk syarat dan bagian-bagian tubuh yang lain yang telah melaksanakan makarti.
Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur di negeri tropis sehari dua kali.
Jangan merokok terlalu banyak.
Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit daging, perlu diketahui daging yang berasal dari binatang yang disembilah dan memasuki raga itu bisa berpengaruh kurang baik, maka itu menjadi vegetarian ( tidak makan daging ) adalah langkah yang positif.
Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, narima dan eling. Janganlah terlalu banyak bersenggama, seminggu sekali atau dua kali sudah cukup.
4. Berlatihlah supaya cipta menjadi lebih kuat, pusatkan cipta kontrol panca indera. Tenangkan badan ( heneng ) dengan cipta yang jernih dan tentram ( hening ) Bila cipta bisa dipusatkan dan difokuskan kearah satu sasaran itu bagus, artinya cipta mulai mempunyai kekuatan sehingga bisa dipakai untuk mengatur satu kehendak.
5. Buatlah satu titik atau biru ditembok atau dinding ( . ) duduklah bersila dilantai menghadap ke tembok, pandanglah titik itu tanpa berkedip untuk beberapa saat, konsentrasikan cipta, kontrol panca indera, cipta dan pikiran jernih ditujukan kepada titik tersebut. Jangan memikirkan yang lain, jarak mata dari titik tersebut kira-kira tujuh puluh lima sentimeter, letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan itu dengan santai.
6. Lakukan latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi demikian juga pada sore hari sebelum mandi tarik nafas dengan tenang dalam posisi yang enak.
7. Lakukan olah raga ringan ( senam ) secara teratur supaya badan tetap sehat, sehingga mampu mendukung latihan olah nafas dan konsentrasi.
8. Hisaplah kedalam badan Sari Trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara masih bersih, lakukan sebagai berikut :
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik
minggu I : 3 kali
15 detik 10 detik 15 detik 40 detik
minggu II : 3 kali
20 detik 10 detik 20 detik 50 detik
minggu III : 3 kali
26 detik 08 detik 26 detik 60 detik
minggu IV : 3 kali
9. Untuk memperkuat otak tariklah nafas dengan lobang hidung sebelah kiri dengan cara menutup hidung sebelah kiri dengan cara menutup lobang hidung sebelah kanan dengan jari, lalu tahan nafas selanjutnya keluarkan nafas melalui lobang hidung sebelah kanan, dengan menutup lobang hidung sebelah kiri dengan jari.
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
4 detik 8 detik 4 detik 16 detik
minggu I : 7 kali
10 detik 7 detik 10 detik 27 detik
minggu II : 7 kali
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik
minggu III & IV : 7 kali
20 detik 20 detik 20 detik 60 detik
minggu V : 7 kali
10. Karsa akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dituruti dengan benar, praktekkan samadi pada waktu malam hari, paling bagus tengah malam ditempat atau kamar yang bersih. Kontrol panca indera, tutuplah sembilan lobang dari raga, duduk bersila dengan rilek, fokuskan pandangan kepada pucuk hidung. Tarik nafas, tahan nafas, dan keluarkan nafas dengan tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu dengarkan suara nafas. Pertama-tama akan dirasakan sesuatu yang damai dan apabila telah sampai saatnya orang akan bisa berada berada dalam posisi hubungan harmonis antara kawula dan Gusti ALLAH
11. Cobalah lakukan sebagai berikut :
Lupakan segalanya selama dua belas detik
Dengan sadar memusatkan cipta kepada dzat yang agung selama seratus empat puluh detik.
Jernihkan pikiran dan rasa selama satu, dua atau tiga jam ( semampunya )
12. Tujuh macam tapa raga, yang perlu dilakukan
Tapa mata, mengurangi tidur artinya jangan mengejar pamrih.
Tapa telinga, mengurangi nafsu artinya jangan menuruti kehendak jelek.
Tapa hidung, mengurangi minum artinya jangan menyalahkan orang lain
Tapa bibir, mengurangi makan artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain
Tapa tangan, jangan mencuri artinya jangan mudah memukul orang
Tapa alat seksual, mengurangi bercinta dan jangan berzinah
Tapa kaki, mengurangi jalan artinya jangan membuat kesalahan
13. Tujuh macam tapa jiwa yang perlu dilakukan
Tapa raga, rendah hati melaksanakan hanya hal yang baik
Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat
Tapa nafsu, tidak iri kepada sukses orang lain, tidak mengeluh dan sabar pada saat menderita
Tapa jiwa, setia tidak bohong, tidak mencampuri urusan orang
Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso
Tapa cahaya, bersifat luhur berpikiran jernih
Tapa hidup, waspada dan eling
14. berketetapan hati
tidak ragu-ragu
selalu yakin orang yang kehilangan keyakinan atas kepercayaan diri adalah seperti pusaka yang kehilangan yoninya atau kekuatannya
15. Menghormati orang lain tanpa memandang jenis kelamin, kedudukan, suku, bangsa, kepercayaan dan agama, semua manusia itu sama : saya adalah kamu ( tat twan asi ). Artinya kalau kamu berbuat baik kepada orang lain, itu juga baik buat kamu, kalau kamu melukai orang lain itu juga melukai dirimu sendiri.
16. Sedulur papat kalimo pancer
Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat ) yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.
Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku spiritul yang sungguh-sungguh )
17. Tingkatkan sembah, menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti juga menghormati dan memujaNYA, istilah lainnya ialah Pujabrata. Ada guru laku yang mengatakan bahwa seseorang itu tidak diperkenankan melakukan pujabrata, sebelum melewati tapabrata.
a. Sembah raga
Ini adalah tapa dari badan jasmani, seperti diketahui badan hanyalah mengikuti perintah batin dan kehendak. Badan itu maunya menyenag-nyenangkan diri, merasa gembira tanpa batas. Mulai hari ini, usahakan supaya badan menuruti kehendak cipta yaitu dengan jalan: bangun pagi hari, mandi, jangan malas lalau sebagai manusia normal bekerjalah. Makanlah makanan yang tidak berlebihan dan tidur secukupnya saja: makan pada waktu lapar, minum pada waktu haus, tidur pada waktu sudah mengantuk, pelajarilah ilmu luhur yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
b. Sembah cipta
1. kamu harus melatih pikiranmu kepada kenyataan sejati kawula engenal Gusti.
2. Kamu harus selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan benar, kontrollah nafsumu dan taklukan keserakahan. Dengan begitu rasa kamu akan menjadi tajam dan kamu akan mulai melihat kenyataan.
Berlatih cipta sebagai berikut :
1. Lakukan dengan teratur ditengah, ditempat yang sesuai.
2. Konsentrasikan rasa kamu
3. Jangan memaksa ragamu, laksanakan dengan santai saja
4. Kehendahmu jernih, fokuskan kepada itu
5. Biasakanlah melakukan hal ini, sampai kamu merasa bahwa apa yang kamu kerjakan itu adalah sesuatu yang memang harus kamu kerjakan, dan sama sekali tidak menjadi beban
Kini kamu berada dijalan yang menuju ke kenyataan sejati, kamu merasa seolah-olah sepi tidak ingat apapun, seolah-olah badan astral dan mental tidak berfungsi, kamu lupa tetapi jiwa tetap eling ( sadar ) itulah situasi heneng dan hening dan sekaligus eling kesadaran dari rasa sejati. Ini hanya bisa dilaksanakan dengan keteguhan hati sehingga hasilnya akan terlihat.
c. Sembah jiwa
Sembah jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa yang mendalam menggunakan jiwa suksma yang telah kamu temui pada waktu pada heneng, hening dan eling, ini adalah sembah batin yang tidak melibatkan lahir. Apabila kamu melihat cahaya yang sangat tenang tetapi tidak menyilaukan itu pertanda kamu sudah mulai membuka dunia kenyataan. Cahaya itu adalah pramana kamu sendiri, kamu akan merasa yakin pada waktu bersamadi, kamu dan cahaya itu saling melindungi.
d. Sembah rasa artinya sejati ( rasa sejati )
1. Kita bisa mengerti dengan sempurna untuk apa kita diciptkan dan selanjutnya apakah tujuan hidupmu.
2. Kita akan mengerti dengan sempurna atas kenyataan hidup dan keberadaan semua mahluk melalui olah samadi atau memahami Sangkan Paraning Dumadi, hubungan harmonis antara kawula dan Gusti layaknya seperti manisnya madu dan madunya, tidak terpisahkan.
Nyinau ngilmu kedah ngertos ilmunipun
Ilmu bebukanipun sarana pikir
Ngilmu lelabetan kalian laku
Olehipun sampurna kedah kekalih
Menawi sampun lajeng kagunaknya
Adamel uruping sasamya
Samodraning guna agesang


.

 

menggurita mantra petitenget

 

menggurita mantra petitenget

15 Januari 2014 pukul 20:07
24 Maret pukul 14:41..

==================================

(1) sepinggan pertapaan usang terbunuh diujung selat para dewata - senja melukis warna keperakan diatas hamparan kembara menimang kata - sebaris jejak memintal belantara bersahaja tapal batas bersolek pura - satu lonceng berdentang meminang empat penjuru angin bertulis setengah malam - sebait puisi penantian mencumpu paras sang membinar dilingkarang kelam bersolek acna semesta -  (2) dua arah kaki langit bersilang satu membumi terbata kata berkata memintal angin malam berkayuh kereta angin - sepertiga malam menjelma lengkungan busur melempar anak panah berwarna merah berdarah - secawan anggur menitah persetubuhan empat mata bergetar detak nadi menulis suratan tangan kerinduan -(3)sepenggal kasih bertenun ikat dua sayap laguna memintal jenjang ujung tangga pura besakih - serpihan angin malam merenda ujung sutera para perapal mantera bersujud kaki langit mencumbu cadikmu sang membinar - seberkas cahaya tenggelam menitah langkah membelah selat diujung trisula tergenggam gada laksana  (4)Langit melarung rinai hujan penantian membasuh pusaka menitis kata berselendang warna ungu menggaris asa bertelanjang cahaya - satu tiang berlampu menikam langkah berdebu laksana anak panah membelah medan laga - sepertiga malam menjemput embun pagi berselimut sutera ungu menggenggam kunci menutup matahari -(5)sepasang kekasih malam mendulang semburat fajar melingkari jenjang semesta tersesap cadikmu menggapai kerlipan gemintang - angin lautan meniup layar terkembang meminang sauh memutar kemudi bertahta nakhoda - sebait puisi berbisik menepi pantai kelam malam bersetubuh ombak memecah tanjung karang meregang -(6)para peri bersendratari menggapai mimpi bersanding sebatang lidi bertanggai jemari lukisan cahaya gemintang - secawan kata terpateri diatas dermaga usang memintal semilir aroma lautan melepas dahaga pertarungan menjemput kematian - sebilah pedang bermata dua menggaris arah utara meronce selatan mengalir darah persembahan -(7)semburat cahaya kemerahan menitis putera sang fajar melarung dua nafas menitis embun diatas daun ketapang - para tetua membakar tungku mengulam bara mendesah hujan kepagian - serpihan debu memuja deru kian memburu satu penantian penggenapan semesta  (8)satu pujian semesta mengukir kepala berbalut banten memanah setanggi terbakar matahari - angin laut bersemayam tebing menepi karang merapal mantera persembahan siwa - sekapur sirih menggaris tanda diatas mata menjelma buhul-buhul menoreh pejohang -  (9)satu malam dua tangisan menggapai mimpi membaca kitab purba - para nelayan melempar jala melukis paras rembulan diatas lengkungan cadikmu - gelombang lautan bertulis ikal mayang melipat sajadah diatas altar perjamuan semesta (10)menulis puisi langit tersayat dua tatahan mata kian membumi - sebatang pohon kamboja berbunga kuning tertiup angin barat - gemericing kaki bergelang manik-manik bertelanjang kain serilang - setaman aroma kematian berseteru pundi-pundi kenikmatan penggenapan semesta -  (11)menimang sang surya membelah detak nadi berbalut gemuruh ombak lautan menepi - satu jejak berpelana menuai kata bermandi peluh sang penjaga istana dewata - dua sayap membentang kekuatan membunuh gairah lautan bermahkota satya terlipat satu kecupan maha cadikmu membahana-  (12)seberkas cahaya memintal kata pujian para dewata bertahta Petitenget memeluk kesunyian Kerobokan laksana penggenapan badung - serpihan cahaya matahari menikam hamparan pasir bersolek paras rembulan diatas gelombang lautan kian menepi memukat sepi - para tetua merangkai jejak belantara sukma bertaburan kembang merapal mantra diatas kekuatan pura usang-  (13) serpihan asa pecah diatas butiran pasir menepi suaratan ombak memuja petitenget menjelma kembara laksana matahari menikam rembulan berbalut gemintang melukis lengkungan warna bertelapak tangan siwa - (14) membuka tabir mimpi semalam menulis jejak sang membinar diujung tatapan mata berdiri tapal batas petitenget memintal roh-roh suci - angin lautan melarung rinai gerimis memukat paras pertarungan leluhur mengembang sayap wisnu kencana - merapal mantra bersimpuh kepala memeluk tungkai ibunda alam berikat setengah pinggang bergaris kuning diatas kata memutihkan belantara sukma- (15) Seberkas cahaya ufuktimur menganyam tikar diatas satu perjanjian usang bercumbu tebing terjal menikahi sepi malam terpenggal - gemericing tarian hujan berpucuk bilah menitah jejak mendayung cadikmu kinatah sepertiga pejohang menikam  (16) senja terbunuh diujung pedang bermata dua meraih sarung berpelikat empat kepala suku berkata langkah baratayuda - langit membuka kitab purba bersemi kembang berkepala putik melahirkan para pemetik berkebaya berukat - satu kerlipan halilintar menjelma mantra diatas sepinggan pura petitenget laksana kesatria berperisai kesejatian (17) malam bersolek kelam menuai hamparan pasir menepi ombak memukat petitenget diujung tanjung berdiri menara berlampu menimang lautan lepas - para gemintang menebar jala bersendratari pujian semesta berwajah pasi menikahi lengkungan cadikmu membahana bertahta jejak sepertiga malam - langit meniti hujan membumi satu tersesat membasahi belantara sukma bertanggai lima membakar dupa bercadar bayu meremah tirta  (18) gemericing hujan bertalu meronce malam tenggelam petitenget berselimut dinihari membuka mimpi memeluk jalan setapak matahari - parapial menoreh suara semesta membaca gayatri mantra menikahi belantara sukma bertahta rinai hujan penggenapan melukis kerinduan sepucuk suratan tangan -sepucuk asa tergenggam meruat kasih sang membinar bersabda diatas embun menoreh fajar diatas selembar daun ketapang  (19) sebelas langkah menoreh duabelas makna penjelmaan dewata bersenggama tiang-tiang merajut kasih tersapu angin selatan - satu pertapaan membelah nadi petitenget diujung selat melukis penantian usang bertahta dermaga para penggenapan - butiran embun menitis diatas kembang kamboja sebait puisi menggelung gelombang mayang berkonde ombak bersolek hamparan pasir sepanjang persembahan  (20) matahari terbelah dua tertanam satu diujung tanjung menikahi karang terjal berseteru hujan merapal mantera melipat badai berwajah gelombang menitis perisai petitenget usang - sebait puisi persembahan dua belas kata tersayat satu menjelma tiang berpusara menziarahi kitab purba  (21) sepenggal asa menanak besi memintal lengkungan bersemedi memukat tangga pura petitenget berbaris dua belas singgasana terbalut kain putih berjajar satu pepadun meniti matahari - satu pertempuran memikul gada melempar trisula membakar arwah para kesatria diatas batu menulis suratan tangan (22) senja ditapal batas petitenget menimang satu cahaya kelam malam berlapis tiga warna merah memeluk kuning diatas hijau laksana samudera berpelangi makna - para satria memikul gada melintasi perbatasan lengkungan tanda berkepala melingkari mantra berselendang sukma - sepinggan persembahan dewata diatas jukung memintal lautan lepas tenggelam menikahi palung pertapaan semesta (23) sang bayu menepi membuka tabir dinihari bersolek daun ketapang membulir embun dipelataran pura petitenget - para pial melarung suara semesta merajut matahari bersanding sepasang kekuatan tembakau berbalut mantra meniup metaji - satu sayatan menggaris arah nafas menggeliat kereta angin membiting segenggam tirta diatas kepala sang saka  (24) dua langkah mempersunting pintu membuka cadar matahari diatas serpihan tangan meratapi rinai hujan mengalir kasih berkuala kelam malam terlentang sepanjang cadikmu meronce kitab purba bertangga depan pura petitenget - satu pusaran angin berkiblat arah cahaya menjelma tubuh telanjang menggenggam separuh nafas terpasung diujung pusaka tetua berkata tebing terjal mengalir tirta menuai mantra suci laksana satya  (25) serpihan kelam malam tersapu satu mantra membuka simpul diujung tanda para pemikul kendi bertabuh sorak membunuh matahari diatas titian tangga sepanjang petitenget - langit merajut hujan satu berselimut paras dewata menjelma kertas usang nirwana sebait persetubuhan berperisai besi tertatah mahlligai kematian sejati  (26) senja menggantung menikam pucuk muda daun pohon jelutung bersabda kematian bertahta keris memangku sembilan lekukan semesta - langit berwarna jingga kemerahan diatas hamparan lautan menepi hamparan pasir petitenget pertapaan para perapal mantra usang  (27) matahari menikmati persetubuhan diatas secawan pengakuan melukis langit berhembus angin melarung sebaris awan terang benderang - sebait rinai hujan menjelma dinihari satu tatapan terpana melempar sauh dipelukan dermaga usang - satu sayatan sembilu menggenang darah diatas altar menggurita empat lampu bertonggak lampu meniti kembara penantian  (28) suara halilintar tersesap satu detak nadi ketika air mata menetes diujung sayatan pedang bermata dua memintal kereta kencana berkilau acnamu lautan kepedihan - angin lautan berhembus meniti langkah mendaki tangga pura petitenget ketika bara menggurita percikan api kerinduan membahana membakar tungku nafas menjelma abu kematian  (29) membuka kitab purba sebaris kata menjelma mata bersatu semu memuja membelah langit bersabda makna membumi  (30) menulis jejak matahari dua belas langkah dipelukan rembulan sebelas untaian manik-manik menggaris lintasan zamrud khatulistiwa bersabda ibunda alam berhembus kekuatan petitenget ber mantra empat penjuru angin menggenapkan punggungan bersandar tahta mahabarata  (31) sepenggal malam meniti langit menghitung jejak gerimis menggunting petitenget menjelma dinihari berparas sunyi - satu dermaga penantian usang berpayung hitam seruni bercadar hamparan tanah kematian kadipaten membelah dua pulau berjubah dewata - serpihan awan bergelora memeluk puncak mahameru bertahta gamelan menoreh sendratari berlaga pusaka para tetua berwarna merah tembaga (32)  serpihan malam tergenang diatas kerlipan cahaya kunang-kunang menanti musim meraut tatahan raga bersimbah hujan menggores tubuh matahari tenggelam sukma berpalung lautan dahaga kasih meniti tiang dermaga berkayu ulin - semilir angin malam menulis kisah kerajaan antahberantah diatas pucuk pohon ketapang berjajar jemari mengukir pura petitenget berkibar bendera menikam angin lautan berkata sumpah menjelma pusaka - sebait puisi bersihir surga membiting sulur-sulur kekuatan semesta diatas sepinggan padang rumput bercagak warangka beranting tua memintal musim kemarau membakar dupa bersetubuh balutan cendana (33) /// (34) menghitung anak tangga pura petitenget bersabda sukma tergadai detak nadi seratus tujuh puluh tiga bersemedi tiang lautan bercakra seratus asa memeluk dua puluh nafas tiga titian langit menjelma dua lembar selendang membiting tiga perkara  (35) sebait puisi tertulis diatas kepingan karang berseteru angin lautan menerpa gapura pura petitenget berkhutbah buih menggenggam jejak purba ibunda alam menuai kisah langit mencumbu hujan bersendratari halilintar laksana angkara murka 
(36) senja bersolek merentang tangan ufuk barat meramu paras gemintang berselat acnamu petitenget menggaris pekat malam bergelombang ikal mayang bersanggul ombak melingkari janji menara berlampu memeluk karang - sepasang camar membelah perut lautan bersemedi jiwa mengikat pinggang berpita kuning berukat putih bertenun lengkungan pinggang semesta  (37) satu kata menitis sukma memuja kisah petitenget sepanjang langkah kesetiaan menjemput arah pulang melukis langit beralas kaki puncak gunung batur bersenggama kintamani - dua langkah menepi berbalut dermaga penantian usang bersetubuh ujung sutera jemari meniti paras setengah rembulan berselendang pelangi menetak hujan   (38) sekuntum kembang terbang tertiup angin lautan titisan khayangan bertatah dua tiang bersilang petitenget berkisah para dewi-dewi memeluk warna tujuh pelangi bersimbah air suci telaga keabadian - satu selendang berwarna jingga berukir merah darah tersemat diujung detak nadi tanjung karang meregang tersapu belantara sebuku lidi terbakar api penghianatan malam telanjang  (39) sebaris cahaya mengejar matahari terukir diatas daun ketapang memuji langkah sakral berbalut ikat kepala bertanda kesetiaan memikul keranda meniti tangga pura petitenget berjubah tiga mantra - seekor burung penjelmaan sabda malam telanjang bermata empat memadu kasih lautan birahi berbatik mimpi membunuh kerlipan gemintang satu keramba belantara sukma
(40) enam ekor kuda mengikat tali bertemali kusir tua membunuh kereta kencana bersabda kepala memahat satu perjanjian usang membelah selat merentang dua sayap laguna - sebait puisi bertelanjang semesta mengukir kata bersinggasana tiga warna sepanjang lengkungan lautan menepi petitenget asuhan baratayuda 
(41) Langit merah berawan hitam mengukir tapal batas petitenget bersatu aliran sungai memuja kuala menulis kisah diatas secarik suratan tangan lautan membiru tersulam tebing terjal karang berbalut bukit menghijau - Langit bersenjata trisula membunuh tiga jejak penantian matahari tertambat dermaga sunyi - Langit terbunuh berselimut sutera perjanjian dua tiang berlampu meniti malam penghiatan tersalib satu kematian
(42) Langit merapal mantra bersenandung tembang memuja dewata bersatu dua telapak tangan bersembahyang memukat matahari berbalut persembahan kelam malam diujung asa penantian sulur-sulur gemintang sepanjang hamparan pasir lautan menepi petitenget - Langit berkalung kembang berkain dua arah tangan kiri bersilang kanan meraut mata hati laksana tirta membasuh paras bersenggama acnamu sang membinar titisan sang  (43) sebatang pohon ketapang terpasung memeluk selat berkhotbah diatas karang angin lautan melarung perisai diatas tatahan persembahan memuja dewata bersimpuh kaki langit membiting suara sepanjang petititenget - seekor ketam mengais kematian malam tersapu ombak berbalut sajak lambaian nyiur memukat sepi berpalung sukma kembara pertapa(44) senja terbunuh memintal gemuruh angin kintamani berpeluh kabut terbelah cahaya jingga mengukir mata jiwa berpantun pekat malam sepanjang petitenget menggurita meniup gelombang ikal mayang kian menderu sang saka bertarung belantara hujan berkayu api diatas tungku tanah bertahta sang bayu memeluk lukisan tirta (45)matahari melarung sauh memeluk dermaga penantian malam terhempas ombak pantun jenaka bertopeng perisai bersilang pedang bermata dua meronce jejak kematian sepanjang petitenget mencumbu gairah angin lautan - lagit menabur benih titisan hujan diatas perut membumi satu kenikmatan para arwah leluhur terbunuh mencium lingkaran cawan kematian berselendang usang (46) ===
(47) seberkas cahaya menjelma dini hari bertenun pelikat paras sang membinar membunuh detak nadi diatas singgasana lautan memintal kitab purba lukisan gairah terpenggal malam dipelukan sang dewi petitenget menggema mantra usang - sepuluh tanda menulis persembahan diatas meja memetik arah utara membunuh selatan satu kata perjanjian suci kian membahana laksana kematian abadi(48) serumpun serai menggaris kisah menebar semerbak pagi menjelma malam jahanam bersatu warna pekat jubah kata petitenget membasuh gairah tembang daun ketapang tersulam langkah tersalib arah angin membelah lautan (49) satu kekuatan semesta tertatah diatas tapal batas petitenget mendaki senja membunuh fajar laksana rembulan menulis surat cinta berwarna cemburu menggunting sinar matahari dipenghujung pertapaan dewata(50) sebutir telur menetas kelam malam dilingkaran ranting bersulur patahan sekeping mantra bertanda petitenget menitis acna berbulu hitam kelam menitah angkasa penaklukan - senja mengejar matahari diatas gelombang lautan bercorak ragam keemasan bersayap kekuatan semesta penjelmaan dua mata fana melukis baqa(51) sekeping asa terlentang telanjang dibawah bantal mencumbu gairah dinihari menggapai nirwana bermandi mantra meniti tangga petitenget membasuh angkara berling tanda penaklukan senja - sebaris persembahan melingkari sudut altar meniup dupa membakar asap berjubah pelangi meraut wajah api bersemi matahari menebar aroma bambu bersarung sutera sejati (52) bersabda semesta membuka tiga pintu lautan menjelma puncak terbelah diatas karang berjajar pohon kehidupan memahat warna selendang tua terbebat jiwa meniti tirta suci petitenget - serpihan kembang ilalang terbang memintal angin mengejar matahari dipelukan dewata tubuh telanjang berbalut kain kafan membakar kayu api merapal gayatri mantra(53) malam mengais dinihari menetes darah persembahan gairah lautan melepas terbang burung camar mencumbu semburat cahaya matahari sepanjang karang petitenget - angin pegunungan meniup dawai-dawai kasih menjelma kembara menulis suratan tangan pohon kehidupan kian bercabang membalut ranting berdaun kematian(54) senja menulis diatas keranda matahari bertabuh suara mimbar surau menebar aroma kembang memeluk halilintar bertajuk langit sunyi - dua ekor camar mengejar angin lautan melepas kerinduan berkibar selendang bercorak kuning membalut tubuh petitenget bermotif berukat usang - rembulan kesiangan merapal mantra diatas gelombang tersesat membuka lembaran kitab purba tersayat sembilu kisah fana menjelang tatahan baqa(55) membuka mata pagi di atas sepinggan kata mengejar asa sepanjang nafas meniti tangga pura petitenget bersulang puncak tertinggi mencumbu palung terdalam - melukis surga bertatah intan berlian terbakar api angkara bermata purba sebait puisi terkapar menikmati setitik dahaga gairah bermimpi malam(56) dua lukisan senja terpaku mempersunting cakrawala bertabuh rah dipenghujung kematian darah tersayat satu menjelma paras kematian panjang - hujan kata-kata membelenggu sebait kerudung menutup kedua telapak tangan bertengadah langit jingga kemerahan memukat hamparan pasir petitenget - angin malam mendayung kereta angin menikahi satu tikungan menarik busur melempar jala memintal jaring penghianatan abadi(57) sebelas lembar kain bercorak dua mata jiwa berbalut raga membelah peti kematian bercahaya matahari melukis siang berjubah rembulan menitis malam menjelma terang benderang - suara-suara nirwana menetak langkah angkara membelah medan laga berselendang busur menarik anak panah membakar dupa persembahan dewata meniti gapura petitenget dilingkaran purnama(58) meniti tiang malam tergantung cahaya lentera meniup angin malam berjajar sebaris mantra kerajaan pekat sepertiga jejak menepi hamparan pasir lautan petitenget mencumbu kisah kintamani berbulu sutera paras jelita - angin malam menulis keheningan membelah selat kedua mata bertahta acna sang membinar mengukir mimpi peraduan tanda bersilang membaptis surga (59) gemericing tarian ombak menabuh genta berbaris anak rambut menggaris pekat malam diatas gelombang bersatu desau angin lautan sepanjang petitenget meniup larmu bertatah tajam kedua mata sang elang berbulu hitam berkilat tajam memukat matahari menjelang mimpi rembulan nant(60) malam melahirkan dini hari bersemedi matahari menjemput mimpi bersanding impian menulis jejak usang diatas tatahan tangga meniti petitenget berjubah hujan kepagian - tetesan hujan melempar kisah kembara sembilan kelokan memukat tanjakan membelah pertapaan jiwa berdiri sepucuk surat memintal aksara purba tanjung karang(61) pagi berselimut kabut sepanjang titian asa menjelma pusara tapal batas petitenget melukis paras pasi bersolek lampu menuai kematian matahari - hujan kata-kata bersemayam diatas keranda kasih melarung kembang setaman bertahta gelombang gairah lautan menjelma satu kenikmatan usang(62) menuai hujan bermantra kesunyian tergenang rasa bersatu jejak kereta menikahi angin barat meronce kenangan lusuh sepanjang bibir lautan menjelma pasi paras petitenget - menuai hujan bertahta langit meniup terompet menggaris kenangan tergenggam cahaya halilintar berlabuh matahari membelah bumi satu(63) merajut serpihan malam berbalut tubuh peraduan panjang bercadar kabut dini hari menetes embun diatas daun ketapang menoreh tapal batas petitenget mengejar matahari - seberkas cahaya fajar meronce buhul-buhul mimpi memeluk kata sang membinar tersesap satu palung kasih keabadian - gelombang lautan kian meredup membasuh wajah setetes air suci menatah jejak subuh bersembahyang jiwa kembara64) hujan kepagian diatas bantal memuja kasih sepanjang tirai menetak matahari diatas keranda rembulan bertahta dalang membelah cakrawala terbunuh wayang bersimbah darah tersayat kematian metaji petitenget berkalung kredo perjanjian usang # (65) tiga ratus sebelas anak tangga meniti detak nadi bersenandung tembang sunyi meramu matahari terbelah dua bersarung kelam menabur manik-manik nirwana diatas altar merapal mantra kematian halilintar metaji petitenget berkalung kredo perjanjian usang # (66) satu kisah tertulis berseteru langit melempar hujan kata berkata pujangga memeluk awan bersolek dayang-dayang menimang rembulan bersendang tujuh rupa menggaris lengkungan pelangi menetak ujung gelombang mayang tersemat kembang kamboja diatas kepala merapal mantra kematian halilintar metajie petitenget berkalung krerdo perjanjian usang(67) menulis kaganga berbadan cakrawala memukat hulu berlari menimang hilir melempar cemeti bersabda pedih mencandi punggung memahat sepi menjelma kesunyian membentang langit petitenget taburan cayapata jejak kerajaan malam bersanding kerinduan antahberantah # (68) menulis kaganga laksana kain bertenun gurindam meniti kerinduan melempar sauh menebar layar memukau bayu berlari menimang tirta mengalir magma bermahkota kepundan menikam gemuruh gelombang membiting tepi lautan sepanjang tapal batas petitenget bercadar paras devi laksana intan titisan gerimis dini hari # (69) menulis kaganga satu detak nadi bersimbah darah persembahan kembara berbalut peluh mappatoba berlari melukis senja mengandung fajar melahirkan matahari bertubuh rembulan laksana devi bertahta singgasana petitenget melarung kembang cempaka berpusara68) menulis kaganga laksana kain bertenun gurindam meniti kerinduan melempar sauh menebar layar memukau bayu berlari menimang tirta mengalir magma bermahkota kepundan menikam gemuruh gelombang membiting tepi lautan sepanjang tapal batas petitenget bercadar paras devi laksana intan titisan gerimis dini hari(69) menulis kaganga satu detak nadi bersimbah darah persembahan kembara berbalut peluh mappatoba berlari melukis senja mengandung fajar melahirkan matahari bertubuh rembulan laksana devi bertahta singgasana petitenget melarung kembang cempaka berpusara(70) setetes embun pagi berlinang menepi di ujung daun berdahan penuh duri menuai pepatah tua tersemat menikahi matahari bersabda hujan kata menjelma petitenget memuja paras bersemi - seutas makna tersulur meniti tebing mata bersanggul kasih memeluk kitab purba sebatangkara tertanam tunas membaca lumbung padi - secawan mantra melingkari langkah menjaring jejak-jejak usang para pemintal banten di atas kepala(72) menulis kaganga bersimpul aroma tanah menggaris kening belantara hakekat - gelombang menepi lautan bersahaja menjelma mahakalla diatas tebing karang bercorak tantra meniti kisah usang petitenget menetak air suci selimut malam(73) menulis kaganga diatas altar berbaris kekuatan para pewaris singgasana berkata empat tiang merangkai cahaya membelah matahari satu tempayan menggenang tirta berwarna kelam memintal keheningan sepanjang perjanjian petitenget usang(74) menulis kaganga beralas lautan berwarna jingga menjari larmu sang bermata tajam berjubah hitam menembus senja berpanggut nafas menepi ombak menitah kenangan petitenget usang(75) menulis kaganga diatas tanah berbantal langit membuka jubah pekat malam laksana matahari menoreh rinai hujan satu jejak bersetubuh paras senja mengenang kisah petitenget meniup ujung daun pohon ketapang(76) menulis kaganga berseteru tetesan hujan kata-kata berjubah sepi menjelma kematian berdanau kerinduan berkata senja meminang malam usang membasuh tanah petitenget merajut gairah bertanda silang empat penjuru angin - sebaris mantra melingkari kaki-kaki bergelang gemericing hujan berkata detik penantian tergadai melempar sauh menjaring dermaga menggenang air mata gemintang menitah kemudi memetik kuncup kembang kamboja membiting kepala sang kembara77) menulis kaganga bertatah kisah usang jendela bersusun sirih bertiang pohon tembesu bertengger goresan kuku elang berbulu kelam malam memintal buhul-buhul reinkarnasi sarang kenangan langit petitenget membahana sukma - tiga langkah pertapaan meniti jejak matahari terbunuh suci bermahkota persimpangan fana berwajah baqa melempar gada menarik busur menimang anak panah kematian - serpihan larmu mematuk perjanjian diatas altar batu karang menjemput mimpi dinihari bersetubuh cahaya halilintar menjelma gelombang meruat secarik kenangan(78) menulis kaganga menetak semburat cahaya fajar tersulam mimpi Hyang Widhi sebait puisi berbaju pengantin bersanding semesta bersujud satu memuja sang berkiblat mantra suci diatas altar pura petitenget mengikat perjanjian purba - para tetua memeluk pepadun bertahta gayatri mantra kisah leluhur menatah tanda bersilang diatas kening bertonggak titisan dewata berjubah putih tersemat kembang kamboja memintal telinga meminang wiwaha paras sang bayu bermandi cahaya tirta menjari larmu belantara surga menjelma keabadian laksana mantra Om Sarwa Sukinah Bhawantu. Om Lasksmi Sidhis ca Dirgahayuh astu tad astu swaha (79) menulis kaganga diujung karang berpusaka lidah bersilang tanda punggung tercecap empedu negeri alengka berpanji surga melarung sayatan menuai kematian kasih menggaris tapal batas petitenget bertanda sepertiga malam bertatahta satu lengkungan rembulan menjelma cakra meniup angin lautan tersalib angkara - sebilah pedang bermata dua titisan matahari meminang halilintar bersabda tujuh kekuatan sang dewata mengalir mantra menghitung detik kasih kudus tiada bertitik(80)menulis kaganga menangkap kaki lautan bergairah malam penantian usang meniup lilin diatas pembaringan panjang satu perjanjian melukis wajah langit sepanjang detak pengingkaran dermaga petitenget meniti ba yangan kelam - secarik kasih tersembunyi menghitung jejak kembara membiting pintu beratap beruga menoreh tirta suci laksana amanat sejoli bersyair sangsekerta bertakbir sembahyang sukma berselimut lembah beraroma lautan (81) menulis kaganga laksana merajut sulur-sulur semesta menjaring matahari lukisan darah memerahkan pertapaan usang sepanjang tepi lautan petitenget bersilang tanda bercorak abu menggaris acna diatas sepinggan puja beratap langit sang membinar memetik gemericing mantra (82) menulis kaganga diatas danau air mata bersetubuh langit membumi meniti satu detak nadi - dua musim silih berganti terjerang matahari mempersunting rembulan bersabda kematian kisah petitenget usangmulai (85) : menulis kaganga laksana meruncing ujung bulan sabit semalam menetak pelana menikam tali kekang menitis mantra petitenget berkuda berselendang kata memanah angin lautan merentang layar memutar kemudi menghalau badai memecah buritan berenang memuja dermaga penantian usang (85) # menulis kaganga bersilang tanda memetik hujan kata-kata menutup lembaran usang kitab purba membahana suara ombak kian tersapu kenangan bercinta diujung karang terjal menatah langit petitenget bersanggul belantara sukma (86) # menulis kaganga berpayung malam menggaris lengkungan bulan sabit bersinggasana matahari bersendratari payung semsta menjari langit berpamgku gemulai awan diatas lautan petitenget bercorak membirukan (87) # menulis kaganga diatas lautan bersinar cahaya rembulan bersanggul malam menitis matahari tersayat kisah lembayung berkebaya menatah petitenget menggaris selat memerah darah persembahan para tetua - tiga arah kerlipan lampu bertahta karang mengikat perjanjian menghunus lengkungan kematian diujung metaji pusaka para tetua memukat mantra laksana titisan baratayuda (88) # menulis kaganga melintasi pagi tersesap embun diatas bantal berselimut pucuk daun jelutung mengejar bayang-bayang matahari laksana hujan menggaris punggung pegunungan kintamani - langit berparas belantara tersayat sepi berkalung mantra memuja menghantar pelukan membumi petitenget meniti tangga nirwana satu kaki lautan melarung ombak memecah karang tenggelam senja menebar wangi kembang kamboja diujung kata (89) # menulis kaganga bersumpah diatas altar meniti selembar tasbih berpayung kitab purba laksana api suci memutar kemudi tujuh detak nadi keabadian - sebait puisi memuja lengkungan pintu surga menitah kata membumi merangkai kata langit menjelma larmu tersusun memintal utara mengepak dua sayap menikam selatan - sepertiga malam terbaring telanjang berkisah petitenget usang laksana angin meniup layar mengembang (90)menulis kaganga menetak setengah lingkaran bulan sabit bertutur kisah kembara memuja jejak peitenget berhembus angin lautan membasuh peluh kelam malam memeluk detak nadi berbisik hasrat merapal mantra peraduan panjang sang dewata - satu dermaga penantian terbunuh layar terkembang menuai sauh diujung jemari menghitung putaran bumi mendesah menuang anggur berpelangi dahaga bersolek pesona acna halilintar (91) # menulis kaganga berseru langit memikul canang membuka kain terbalut dinihari di atas lesung bertalu bertanak sepinggan nasi memintal puting kata-kata petitenget membumi - satu perjanjian usang melumat bibir menggelora lautan termaktub gemulai tarian hujan membuka kerudung empat tiang ranjang memukat aliran darah meregang (92) # menulis kaganga membuka jendela petitenget berjubah tembaga berkalung rantai laksana semburat segumpal awan berarak memikul kisah kematian sejati berkhotbah kebangkitan sebatang tubuh sekarat terpenggal malam - sebait puisi tenggelam perlahan melayang bertatah kata tetua sebiduk kisah karam menggaris ujung mata menitis embun diatas daun ketapang laksana perisai bersandar busur menimang lautan (93) # menulis kaganga laksana lukisan punggung ibunda alam bertahta empat penjuru angin tersesap satu pelukan kasih sepanjang garis khatulistiwa - langit menoreh lukisan tetesan hujan membunuh anak rambut semesta berwarna keemasan terbakar kilatan api sepanjang sayatan luka usang berkisah petitenget menimang persembahan kata-kata bertahta (94)# menulis kaganga berkisah membelah matahari diatas altar menimang mantra berjubah kata-kata berbaris hamparan sajadah memukat jiwa laksana api menanak seperiuk nasi - langit bersolek sepanjang lautan menepi kisah petitenget mengikat sorban diatas kepala menjelma sepasang telinga meniti aliran sungai pepatah tetua laksana candradimuka (95)menulis kaganga laksana merajut benang asmara menoreh jaring bersusun tangga meniti langkah sepanjang khatulistiwa - seberkas cahaya tenggelam memeluk jejak dua nafas menis satu berkisah petitenget bertelanjang sukma membuncah raga - satu dupa terbakar gairah malam membentang selat terbakar pepundan anak rakata melarung magma menebar aroma lautan tertatah tanda pulau sebesi terpatri paras dinihari (96) # menulis kaganga satu malam tiga tangisan menuai satu kisah petitenget bersanding tarian gending sriwijaya menoreh sukma jejak usang bala putra dewa - hujan kepagian memeluk selimut embun menitis dua malaikat titian sukma membuncah raga pertapa - matahari terpanggang api sang angkara melempar murka bercahaya rembulan menepi lengkungan pinggang bertaburan gemintang diperbatasan selat (97) # menulis kaganga lukisan busur memintal jemari melipat arah ufuktimur tergenggam anak panah bersumbu api penghianatan berjubah petitenget membelah jantung senja - serpihan cahaya berkhotbah halilintar menggaris lidah bersuara langit menutup kedua mata bersulang tangan menimbang cawan kenikmatan semesta (98) # menulis kaganga bertinta kematian tersemat di ujung kaki langit sebilah sembilu tersayat luka berdarah sunyi pengabdian usang - senja tertatih meniti tebing mengulam kelam malam penantian diatas peraduan memanggil kekasih rembulan bertelanjang keabadian berkisah petitenget meraih kenikmatan - satu perjamuan kudus menetak tanda purba membakar dupa memerah api lautan memintal dua nafas menjelma kata bertahta sukma (99) # menulis kaganga seratus depa mengejar matahari berhias sanggul gelombang lautan bertanda silang rembulan menanti sepenggal kisah usang menitis sukma petitenget laksana alif bercermin nun diatas tahta terbalut mahkota termenung memikul kata bersusun sirih menggurat jendela makna (100) 24 Maret pukul 14:41..


.