: sepenggal nafas tersisa untukmu
kembali sayatan demi sayatan engkau berikan kepadaku-
menembusi berjuta ruang dan waktu --
menatah bongkahan terbujur kaku --
merintih dalam kelam memuja benderang --
tiada kemudi kuputar menuju waktu --
aku adalah elang bersama cakrawala membalut terbang --
aku adalah elang menyibak cinta dengan tajam ukiran mata --
aku adalah elang dalam tenggelam bersatu dasar lautan --
aku hanyalah elang dengan sepenggal nafas tersisa untukmu
: dermaga II : bakauhueni: 15:11:2009:16:21:
=============================================
Elang merupakan kata yang paling umum
digunakan untuk menyebut jenis-jenis burung pemangsa (Birds of Prey atau
Raptor), padahal sejatinya tidaks emua burung pemangsa disebut Elang.
Elang hanyalah salah satu kata yang mewakili semua jensi raptor dari
keluargaAcciptridae. sayangnya bahasa Indonesia tidak memilki
klasifikasi yang tepat mengenai hal ini. Bahkan di dalam KBI, kata
“Elang” diartikan sebagai semua jenis burung berparuhd an berkuku tajam,
berbeda dengan bahasa Inggris yang mengklasifikasikannya dalam berbagai
nama.
Sekarang, mari kita bahas terlebih dahulu
apa itu Raptor. Raptor atau Birds of Prey pada dasarnya mewakili semua
jensi burung pemangsa seperti Elang, alap-alap, dan Burung hantu. Secara
ilmiah, raptor terbagi menjadi 2 ordo yakni Falconiformes (Elang,
elang-alap, alap-alap, Sikep, Baza dll) dan Strygiformes (Burung Hantu,
celepuk dan Serak).
Sekarang kita hanya akan membahas 1 ordo,
yakni Falconiformes yang terdiri dari semua raptor diurnal, kecuali
bila alap-alap disendirikan dalam ordo falconiformes. Didalam ordo ini,
terdapat beberapa keluarga, lain Mazhab lain versi. Tapi kalau saya
sendiri lebih suka mengiktui mazhab dimana terdapat 4 keluarga di dalam
ordo ini, yakni Acciptridae (Elang, Baza, Elang-alap, Nazar dan Sikep),
Falconidae (Alap-alap), Saggitaridae (burung sekretaris) dan Pandionidae
(Elang Tiram) . Ada juga ilmuwan yang membaginya ke dalam 3 ordo,
dimana family Falconiformes( Alap-alap) disendirikan dalam ordo
Falconiformes sementara keluarga Acciptridae dipisahkan dalam ordo
Acciptriformes. Mau pakai yang mana? Terserah..Tapi kalau di Asia lebih
suka memakai Ordo Falconidae yang terdiri dari Acciptridae dan
Falconidae, sementara Pandionidae tergabung dalam Acciptridae.
Family Acciptridae dalam bahasa inggris
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan ukuran tubuh serta cara
terbangnya, seperti Eagle, Hawk, dan Kite. Eagle (Elang) memilki ukuran
tubjuh yang besar, lebih dari 60 cm seperti Elang Hitam (Ictinaetus malayensis/Indiana
Black Eagle). Hawk (Elang-alap) memilki ukran tubuh kecil di bawah 50
cm, seperti Elang-alap Cina (Accipiter soloensis/Chinese Goshawk).
Sementara itu ada juga Baza, ukurannya hampir sama dengan Hawk tapi
memiliki perilaku yang lebih unik, kepala yang lebih seperti ayam
(kecil) serta jambul khas-nya di atas kepala. Buzzard (Sikep) memilki
ukuran tubuh kurang lebih sama dengan Eagle, namun kepalanya kecil dan
lehernya panjang mirip burung dara. Yang terakhir adalah Kite (dalam
bahasa Indonesia juga disebut “elang”) yang memilki perilaku terbang
yang unik, yakni Hovering flight (terbang diam di satu titik).
Family Falconidae dalam bahasa Inggris
juga dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan ukuran, seperti
Falcon, Kestrel dan Hobby. Falcon berukuran besar, kuat dan kekar
seperti Peregrine Falcon (Falco peregrinus/Alap-alap kawah) dan
Gyr Falcon. Kestrel Berukuran kecil (sekitar 30cm) dan memilki
kemampuan Hovering Flight seperti Alap-alap sapi (Falco
molluccensis/Spotted Kestrel). Hobby mirip dengan Kestrel kecuali
sayapnya yang lebih tajam di ujungnya, seperti Alap-alap Macan (Falco
severus/Oriental Hobby). Terakhir adalah falconet, yakni alap-alap
berukuran mini (15 cm) yang merupakan burung pemansga terkecil di dunia,
seperti alap-alap capung (Microhyreax fringilarrius/Black-tighed
Falconet). Sayangnya dalam bahasa Indonesia tidak ada perbedaan antara
semua burung ini.
Beberapa contoh jenis elang dan saudaranya yang ada di Pulau Jawa dan sekitarnya adalah:
Acciptriformes
1. Elang Hitam (Ictinaetus malayensis/Indiana Black Eagle) Temnick, 1822
Burung berukuran sedang (70cm), namun
tampak besar ketika terbang. Cukup dominan dalam hal bertarung sehingga
memiliki survival rate yang cukup tinggi. Tersebar di ketinggian
300-2000mdpl. Cukup umum dijumpai di hutan primer hingga perkebunan,
terkadang suka nyelonong masuk ke desa pinggir hutan. Sesuai namanya,
elang ini berwarna hitam kelam kecuali pada individu muda yang memiliki
corak menyerupai Elang Brontok.
Field Mark:
Sayap yang menjari khas,
kokoh dan lebar membentang, terlihat sangat besar dengan ekor yang
panjang. Dewasa: Warna bulu hitam pekat, kecuali pada ekor yang memilki
corak agak kecoklatan. Remaja: Dada bercorak garis seperti Elang Brontok
fase terang. Sera kuning, kaki kuning, jari kelingking pendek tidak
proporsional.
Kebiasaan:
Terbang soaring atau gliding sambil
terkadang mengeluarkan suara seperti Elang-ular Bido. Cukup aktif di
pagi sampai siang hari. Terkadang terbang rendah di atas tajuk mencari
mangsa berupa tikus, kadal, tupai, ayam, burung kecil dan hewan-hewan
kecil lainnya.
Status:
Jomblo
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP. no. 7 dan 8 tahun 1998. Appendix
II CITES. Dilarang memperjual-belikan atau memelihara dalam bentuk
hidup/mati.
2. Elang-ular Bido (Spilornis cheela/Crested Sherpent-eagle) Latham, 1790
Burung berukuran sedang (50-60cm),
berisik dan sangat mudah dijumpai di semua ketinggian. Jenis burung yang
adaptif, bisa ditemui di berbagai macam habitat mulai dari hutan
primer, hutan skunder, perkebunan, hutan pantai, savanna dan terkadang
sampai di perkampungan penduduk. Walaupun namanya Elang-ular, tapi tidak
selalu memakan ular.
Field Mark:
Sayap yang membusur membentuk huruf “C”,
membulat dan memilki garis tebal berwarna putih di tepi sayap. Ekor
pendek terkadang mengipas. Bagian mata tidak berbulu berwarna kuning.
Warna bulu dominan coklat tua hingga hitam, tutul-tutul putih di dada
dan perut.
Kebiasaan:
Terbang soaring atau gliding di
ketinggian atau terbang gerilya diantara tajuk untuk berburu. Sangat
suka bersuara, ribut dengan siulan “Kli-kliuw” atau “kliiw”. Memangsa
ular, tikus, kadal, bajing dan hewan-hewan kecil lainnya.
Status:
Jomblo
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP. no. 7 dan 8 tahun 1998.
Appendix II CITES. Dilarang memperjual-belikan atau memelihara dalam
bentuk hidup/mati.
3. Elang Jawa (Spizaetus bartelsii/Javan Hawk-eagle), Stresemann, 1924
Nggak tau gambar-nya siapa
Burung berukuran sedang (60cm), sangat
terkenal akan kelangkaannya. Pada masa orde baru dijadikan sebagai
lambang negara Indonesia. Terlihat tampan dan gagah namun sebenarnya
pengecut dan sangat mudah dikalahkan oleh elang jenis lain. Menempati
hutan primer dan hutan skunder paa ketinggian 300mdpl. Sesuai namanya,
endemik di Jawa.
Banyak orang mengira bahwa burung Garuda
adalah spesies burung tersendiri. Sebenarnya, Elang jawa adalah si
garuda itu sendiri. Dengan kata lain, Garuda, lambang negara yang kita
bangga-banggakan selama ini adalah sejenis Elang bernama Elang jawa.
Field Mark:
Sayap membulat dan menekuk sedikit ke atas ketika soaring. Kepala tidak terlalu kecil, proporsional dengan ekornya yang agak lebih panjang dari Elang brontok.
Jambul khas di kepalanya terlihat saat hinggap. Warna dominan coklat
merah, dada berwarna putih bercoret melintang pada burung dewasa dan
cokelat polos pada burung muda.
Kebiasaan:
Terbang soaring atau gliding di atas
tajuk utnuk berburu. Sangat jarang bersuara, sangat pendiam dan anggun
ketika terbang. Memangsa tikus, kadal, tupai, bajing, ayamhutan dan
hewan-hewan kecil lainnya.
Status:
menikah
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP. no. 7 dan 8 tahun 1998.
Appendix I CITES. Dilarang memperjual-belikan atau memelihara dalam
bentuk hidup/mati.
Catatan:
Beberapa ahli sering menyebutnya Nizaetus bartelsii.
4. Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus/Changeable Hawk-eagle), Gmelin, 1788
Burung berukurans edang (60cm), sangat
mirip dengan Elang jawa. Sesuai namanya, memilki dua fase yakni fase
gelap dan fase terang. Lebih tersebar luas dari saudaranya dan menempati
habitat yang lebih beraneka-ragam. Memilki banyak ras dan banyak
bentuk, ada yang berjambul, ada yang tidak.
Ada yang bilang nama virus brontok terisnpirasi dari nama burung ini.
Field Mark:
Sayap membulat dan menekuk sedikit ke
atas, mirip dengan saudaranya Elang Jawa. Bedanya, ekor yang agak lebih
pendek, dua spot terang di sayap serta garis vertikal di bagian dada pada fase terang.
Fase terang: Bagian bawah putih bercorak vertikal hitam mirip Elang hitam muda dan Elang Jawa. Bagian atas coklat pucat.
Fase peralihan: Bagian bawah keabu-abuan, bagian atas sama dengan fase terang.
Fase gelap: Berwarna hitam pekat mirip Elang Hitam dewasa, tapi tidak memiliki warna kuning di paruhnya.
Kebiasaan: Sama dengan Elang Jawa. Terkadang bersuara mirip Elang Ular-bido.
Status:
menikah
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP. no. 7 dan 8 tahun 1998.
Appendix I CITES. Dilarang memperjual-belikan atau memelihara dalam
bentuk hidup/mati.
Catatan:
Beberapa ahli memasukkannya dalam genus Nizaetus, ada juga yang menyendirikan ras S. cirrhatus limnaetus menjadi ras tersendiri.
5. Elang-laut Perut-putih (Halieestus leucogaster/White-bellied sea Eagle) Gmelin, 1788
Elang yang sangat spektakuler, berukuran
sangat besar (70-85 cm). Dengan ukurannya bisa dibilang sebagai raja
lautan. Tersebar di pesisir pantai dan terkadang masuk ke hutan dataran
rendah. Ada catatan hidup di dataran tinggi.
Field Mark:
Ukuran yang sangat besar, sayap kokoh panjang dan lebar, kepala panjang serta ekor sangat pendek membentuk baji.
Warna dominan putih, sayap membentuk pola hitam bagian atas dan
hitam-putih di bagian bawah. Juvenile: warna putih digantikan warna
coklat agak pucat.
Kebiasan:
Terbang rendah di atas air lalu menyambar mangsanya, berupa ikan atau terkadang burung lain. Bersura nyaring “ah..ah”"
Status:
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP.
no. 7 dan 8 tahun 1998. Appendix I CITES. Dilarang
memperjual-belikan atau memelihara dalam bentuk hidup/mati.
6. Elang Tiram (Pandion halieestus/Osprey) Linneus, 1758.
Foto by: Kulashekara C. S.
Burung berukuran sedang (60cm). Tidak
termasuk dalam family acciptridae, tapi dipisahkan dalam family
tersendiri yaitu Pandinidae. Sayangnya dalam Bahasa Indonesia namanya
tetap disebut “Elang”. Tersebar di pesisir pantai.
Field Mark:
Warna hitam-putih yang mencolok, topeng berwarna hitam serta bentuk sayap yang khas, panjang dan agak meruncing.
Foto by: Remo Kohrimpoh
Kebiasaan:
Terbang menangkap mangsa di air atau di udara. Suka bertengger di tiang-tiang dermaga atau di atas kapal.
Status:
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP.
no. 7 dan 8 tahun 1998. Appendix II CITES. Dilarang
memperjual-belikan atau memelihara dalam bentuk hidup/mati.
7. Elang-ular Jari-pendek (Circaetus gallicus/Short-toed Snake-eagle) Gmelin, 1788
Berukuran besar (65 cm), kekar dan
pucat. Dalam Buku “Panduan Lapangan: Burung di Sumatra, Kalimantan,
Jawa dan Bali” oleh McKinnon dijelaskan burung ini adalah pengunjung
musim dingin yang langka, sangat jarang terlihat. Pertemuan terbanyak
ada di TN. Baluran di Situbondo, Jawa Timur.
Field Mark:
Tubuh kekar, bagian atas coklat
keabu-abuan, bagian bawah putih dengan coretan gelap, tenggorokan dan
dada coklat. Terdapat garis-garis melintang yang samar pada perut dan
empat garis melintang yang samar pada ekor. Remaja berwarna lebih pucat
dari dewasa. Pada waktu terbang, sayap terlihat lebar dan panjang,
dengan garis panjang mencolok pada penutup sayap dan bulu terbang.
Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu, kaki kehijauan.
Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu, kaki kehijauan.
Kebiasaan:
Menghuni pinggir hutan dan semak
sekunder. Terbang melingkar dan meluncur dengan sayap yang cibentangkan
lurus dan datar. Seperti alap-alap raksasa, sering melayang-layang
diam sambil mengepakkan sayapnya.
8. Elang Tikus (Elanus caeraleus/Black-winged Kite) Desfontaines, 1789
Field Mark:
Memiliki bercak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas.
Dewasa: warna mahkota, punggung, sayap pelindung, dan bagian pangkal
ekor abu-abu; muka, leher, dan bagian bawah putih. Remaja: bercorak
warna coklat. Pada saat mencari mangsa, suka melayang-layang diam
sambil mengepak-ngepakkan sayap. iris merah, paruh hitam dengan sera
kuning, serta kaki kuning.
Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning
Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning
Kebiasaan:
Bertengger pada pohon mati atau tiang
telepon. Melayang-layang di atas mangsanya seperti diuraikan di atas.
Suka berburu di daerah yang kering terbuka dengan pohon yang
terpencar-pencar. Memangsa Belalalng, ular, tikus atau burung yang masih
muda.
Status:
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP.
no. 7 dan 8 tahun 1998. Appendix II CITES. Dilarang
memperjual-belikan atau memelihara dalam bentuk hidup/mati.
9.Elang Bondol (Haliastur indus/Brahminy Kite) Boddaert, 1783
Berukuran sedang (45cm). Cukup terkenals
ebagai maskot kota Jakarta, walaupun populasinya sangat mengenaskan di
kotanya. Anda bisa mengenalinya dengan melihat logo busway. Sekilas
mirip dengan Elang Botak dari Amerika, tapi ukurannya jelas jauh lebih
kecil. Termasuk dalam golongan “Kite” yang berarti memilki keahlian
terbang hovering yang jarang dimilki jenis lainnya.
Field Mark:
Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih
dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dada putih; sayap,
punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu
primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada
dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan
mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara
burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya
menggarpu.
Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.
Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.
Kebiasaan:
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang
makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu.
Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku
terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara,
kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara
berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu
makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di
pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah
mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara laut, burung air
besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri
makanan.
Makanannya sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.
Makanannya sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.
Status:
Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP.
no. 7 dan 8 tahun 1998. Appendix II CITES. Dilarang
memperjual-belikan atau memelihara dalam bentuk hidup/mati.
10. Elang-alap Cina (Accipiter soloensis/Chinese Goshawk) Horsfield, 1821
Burung pemangsa ukuran sedang (33cm) dan
merupakan pengunjung tetap di pulau jawa. Cukup sering berkumpul bersama
Elang-alap Jepang pada saat migrasi. Cukup mudah dibedakan dari
saudaranya.
Field Mark:
Warna dewasa, tubuh bagian atas abu-abu
biru dengan ujung putih yang jarang pada bulu punggung dan garis-garis
melintang samar pada bulu ekor terluar. Tubuh bagian bawah putih
terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada dan sisi tubuh dengan
sedikit garis abu-abu pada paha. Sayap bawahnya sangat khas seluruhnya
terlihat putih kecuali ujung bulu primer yang hitam.
Remaja tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih terdapat
garis-garis gelap pada ekor, coretan pada tenggorokan serta garis-garis
pada dada dan paha.
Paruh abu-abu dengan ujung hitam , sera dan kaki jingga, iris merah atau coklat.
Paruh abu-abu dengan ujung hitam , sera dan kaki jingga, iris merah atau coklat.
Kebiasaan:
Mengunjungi daerah terbuka sampai pada
ketinggian 900 mdpl pada musim dingin di seluruh Sunda Besar. Setiap
Oktober melewati Puncak (Bogor) dan Bali Barat dalam jumlah besar.
Biasanya berburu di tenggeran, tetapi kadang-kadang terbang melingkar
di atas, dan menerkam mangsanya dari tanah.
11. Elang-alap Jepang (Accipiter gularis/Japanese Sparrowhawk) Temminck & Schlegel, 1844
Raptor migrant dari belahan Bumi utara, bertamu ke Indonesia bulan September-Desember. Burung yang cukup atraktif, lebih gesit dan lebih lincah dari 2 saudara kembarnya Elang-alap besra dan Elang-alap Jambul. Ukurannya juga paling kecil (27 cm) dibandingkan 2 saudaranya. Sering juga disebut Elang-alap Nippon.
Field Mark:
Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu-abu,
ekor abu-abu dengan beberapa garis melingkar gelap, dada dan perut
merah karat pucat dengan setrip hitam sangat tipis di tengah dagu,
setrip kumis tidak jelas. Betina: tubuh bagian atas coklat (bukan
abu-abu), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris-garis cokalt
melintang rapat. Dada remaja: lebih banyak coretan daripada garis-garis
melintang dan lebih merah karat.
Iris kuning sampai merah, paruh biru abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning-hijau.
Iris kuning sampai merah, paruh biru abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning-hijau.
Kebiasaan:
Berburu di sepanjang pinggir hutan, di
atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Biasanya berburu dari
tenggeran di pohon, tetapi kadang-kadang terbang berputar-putar untuk
mengamati tanah di bawahnya dengan cara terbang “kepak-kepak-luncur”
yang khas. Menyerang dengan agresif pendatang yang mendekati sarang.
12. Elang-alap Besra (Accipiter virgatus/Besra) Temminck, 1822
Burung berukuran sedang, sangat mirip
dengan Elang-alap Jepang kecuali ukurannya yang lebih besar. Berbeda
dengan saudaranya, Elang-alap Besra adalah reptor penetap yang jarang
dijumpai di Pulau Jawa.
Field Mark:
Berukuran sedang (33 cm) mirip Elang Alap Jambul tetapi lebih kecil dan tanpa jambul.
Warna jantan dewasa, tubuh bagian atas abu-abu gelap dengan ekor
bergaris tebal, tubuh bagian bawah putih dengan garis melintang coklat
dan sisi tubuh merah karat, tenggorakan putih dengan strip hitam di
tengah, strip kumis hitam.
Kebiasaan:
Duduk tenang di hutan menunggu mangsanya.
Sering terlihat bertengger di pohon mati yang tinggi di hutan. Terbang
mengitari teretori secara reguler.
13. Elang-alap Jambul (Accipiter trivirgatus/Crested Goshawk) Temminck, 1824
Field Mark:
Tubuh tegap dengan jambul yang jelas.
Jantan dewasa : tubuh bagian atas coklat abu-abu dengan garis-garis
pada sayap dan ekor, tubuh bagian bawah merah karat, dada bercoretan
hitam, ada garis-garis tebal hitam melintang pada perut dan paha yang
putih. Lehernya putih dengan setrip hitam menurun ke arah tenggorokan
dan ada dua setrip kumis.Remaja dan betina : seperti jantan dewasa,
tetapi coretan dan garis-garis melintang pada tubuh bagian bawah
berwarna coklat serta tubuh bagian atas coklat lebih pucat.
Kebiasaan:
Berburu di tenggeran yang rendah di laut.
Selalu tinggal di hutan lebat. Pada waktu berbiak kadang-kadang
memperlihatkan cara terbang yang khas, yaitu getaran sayap (bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas) berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit.
14. Elang-ikan Kepala Abu (Ichthyophaga ichthyaetus/Grey-headed Fish Eagle) Horsefield, 1821
Foto by: Sumit K Sen
Berukuran besar (70 cm), jarang terlihat.
Di Jawa hanya tersebar di kawasan Jawa Barat, pernah tercatat di Jawa
Timur tapi belum ada catatan baru.
Field Mark:
Sayap membulat, berbeda
dengan Elang-laut Perut-putih yang kokoh. Berwarna abu-abu, coklat, dan
putih. Dewasa: kepala dan leher abu-abu, dada coklat; sayap dan
punggung coklat gelap; perut, paha, dan pangkal ekor putih; ujung ekor
bergaris lebar hitam. Remaja: bagian atas coklat kekuningan, bagian
bawah bercoret coklat dan putih; ekor coklat mengkilap dengan ujung
bergaris hitam. Ekor pendek.
Iris coklat sampai kuning, paruh dan sera abu-abu, tungkai tanpa bulu, dan kaki putih sampai kuning.
Iris coklat sampai kuning, paruh dan sera abu-abu, tungkai tanpa bulu, dan kaki putih sampai kuning.
Foto by: John and Jemy Helms
Kebiasaan:
Sering mengunjungi daerah perairan,
sungai danau, dan paya di hutan dataran rendah. Menukik menerkam ikan
ketika terbang atau dari posisi bertengger di pohon. Jarang terbang melayang-layang.
15. Elang Perut-karat (Hieraaetus kienerii/ Rufous-bellied Eagle) Geoggroy Saint Hilaire, 1835
Foto By: Rajnesh Suvarna
Berukuran agak kecil, tersebar di hutan
pegunungan. Jarang terlihat di Pulau Jawa, namun penghuni tetap sampai
ketinggian 1500 mdpl. Jambulnya cukup unik ya?
Foto By: Kiran Poonacha
Field Mark:
Berwarna coklat kemerahan, hitam, dan
putih, dengan jambul pendek. Dewasa: mahkota, pipi, dan tubuh bagian
bawah kehitaman; ekor coklat dengan garis hitam tebal dan ujung putih.
Dagu, tenggorokan, dan dada putih bercoret hitam; sisi tubuh, perut,
paha, dan bagian bawah ekor coklat kemerahan dengan coretan hitam
perut. Pada waktu terbang terlihat bercak bulat yang pucat pada pangkal
bulu primer. Remaja: tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan bercak
kehitaman pada mata. Alis dan tubuh bagian bawah keputih-putihan.
Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.
Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.
Kebiasaan:
Mendiami kawasan hutan di pinggir hutan,
terlihat berputar-putar atau meluncur rendah di atas pohon. Terbang
mengitari teretori, menyerang secara cepat mangsa di permukaan tanah
atau di tajuk pohon, mirip dengan Peregrine Falcon.
16. Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus/Oriental Honey Buzzard) Temnick, 1821
Field Mark:
Kepala kecil dan panjang,
ekor sering membentuk kipas. Berwarna hitam dengan jambul kecil. Warna
sangat bervariasi dalam bentuk terang, normal, dan gelap dari dua ras
yang berbeda yang masing-masing meniru jenis elang berbeda dalam pola
warna bulu. Terdapat garis-garis yang tidak teratur pada ekor. Semua
bentuk mempunyai tnggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis
tebal hitam,sering dengan garis hitam mesial. Ciri khas ketika
terbang: kepala relatif kecil, leher agak panjang menyempit, ekor berpola.
Iris jingga, paruh abu-abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik (terlihat jelas pada jarak dekat).
Iris jingga, paruh abu-abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik (terlihat jelas pada jarak dekat).
Kebiasaan:
Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri
sewaktu terbang adalah beberapa kepakan dalam yang diikuti luncuran
panjang. Melayang tinggi di udara dengan sayap datar. Mempunyai
kebiasaan aneh yaitu merampas sarang tawon dan lebah sesuai namanya. Dia
juga sering memakan serangga.
Falconiformes
1. Alap-alap Kawah (Falco peregrinus/Peregrine Falcon) Tunstall, 1711
Burung berukuran besar (45 cm), cantik,
anggun dan menawan sehingga menjadi lambang blog ini. Burung tercepat di
dunia, menukik menangkap dari ketingian sehingga disebut raja angkasa
atau spesialis “fly-attack”. Kemunculannya sangat tak terduga dan yang
paling dinanti oleh para birdwatcher, karena bisa muncul dimana-mana,
seperti di perkotaan sampai di tengah hutan. Salah-satu contoh pos
perjumpaannya yang paling sering adalah di Jl. Malioboro, Yogyakarta.
Di Indonesia ada 1 ras penetap (F. peregrinus ernesti) dan 1 ras pengunjung musim dingin (F. peregrinus calidus).
Field Mark:
Sayap panjang meruncing dan melebar pada pangkalnya, lebih tumpul dibandingkan Alap-alap lain.
Bertubuh kekar dan besar. Topeng khas di muka, pada ras ernestii
berwarna biru tebal dan pada ras calidus berwarna biru pucat. Ras
ernesti memiliki garis-garis samar di dada.
Kebiasaan:
Terbang melingkar di ketinggian atau
terbang cepat, melintas secara tiba-tiba dan hilang dengan cepat,
kecuali bila andasedang beruntung melihatnnya soaring santai di udara.
Menukik dariketinggian, menubruk mangsa dengan kecepatan yang luar
biasa. Suka berburu pada petang hari, menyambar kelelawar, burung
Layang-layang atau merpati. Seperti yang disebutkan diatas, dia
spesialis terbang.
2. Alap-alap Sapi (Falco moluccensis/Spotted Kestrel) Bonaparte, 1850
Burung berukuran kecil (30 cm). Cukup
cantik dan sedikit mengesalkan karena sangat sensitif. memiliki perilaku
yang unik, yakni terbang diam di udara (Hovering) lalu mengejar
mangsanya dengan berlari di tanah. Burung kosmopolis, bisa ditemui
bahkan di tengah kota seperti di Monas, Jakarta.
Field Mark:
Sayap runcing dan khas, ekor panjang bergaris-garis. Warna dominan coklat berpola hitam. Ekor biru-keabu-abuan bergaris hitam.
Kebiasaan:
Mengunjungi
daerah terbuka dengan rumput yang tinggi seperti savanna atau padang
rumput. Suka terbang diam di satu titik sebelum kemudian menukik
mendekati mangsa lalu berlari mengejar mangsanya di tanah. Mangsa berupa
tikus, kadal, kelelawar kecil dan burung-burung kecil.
3. Alap-alap Macan (Falco severus/Oriental Hobby)
Burung berukuran kecil (25 cm), bertempat
tinggal di hutan perkebunan dan hutan dataran rendah. Sangat sulit
dijumpai. Cantik dan anggun menawan.
Field Mark:
Sayap panjang sangat lancip, jauh lebih lancip dari Alap-alap lain. Warna dada merah karat, warna bagian atas hitam.
Kebiasaan:
Lebih lincah dari alap-alap sapi,
berburu di atas tajuk pohon. Lebih suka bertengger di pohon daripada
batu cadas. Memangsa serangga, tikus, kadal dan burung-burung kecil.
4.Alap-alap Capung (Microhierax fringilarrius/Black-tighed Falconet)
Burung berukuran sangat kecil (15 cm),
merupakan burung pemangsa terkecil di dunia. Sudah cukup jarang ditemui
di pulau Jawa. Burung yang sangat berani yang mampu menyerang
burung-burung yang ukurannya sama ataus edikit lebih besar sebagai
mangsa.
Field Mark:
Ukurannya yang kecil sudah cukup membantu. Dahi putih, dada berwarna karat, mahkota hitam, strip mata hitam dengan pipi putih.
Kebiasaan:
Menangkap mangsa dengan brutal dari
tempat bertengger . Memangsa capung, serangga, burung lain yang seukuran
atau sedikit lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar