
Tol Jakarta - Merak; kamis-14 Mei 2009: 17.57 wwib
senja dengan seketika memberikan pemandangan langit
yang semburat jingga,tentu jinggaimelll yang kemerah-merahan
seperti api berkobar yang berkehendak membakar meski apalah
yang mau dibakar selain menyepuh mega-mega menjadikannya
bersemu jingga bagaikan kapas semarak yang menawan dan
menyandera perasaan.
Senja yang rawan, senja yang sendu,
ketika tampak dari kaca spion ketika melaju di jalan tol
hanya berarti harus kutinggalkan secepat kilat, suka tak suka,
seperti kenangan yang berkelebat tanpa kesempatan
untuk kembali menjadi impian.
Aku dalam mobilku melaju ke depan dengan kecepatan tinggi,
sangat tinggi, terlalu tinggi,
sehingga awan hitam yang bergulung-gulung di hadapanku
tampak menyergap dan menelanku dengan begitu cepat,
begitu beda dengan awan gemawan senja di kaca spion
yang semarak keemas-emasan,gemilang tiada tertahankan,
yang meski dengan pastiakan berubah menjadi malam yang kelam
tampak bertahan tampak berkutatmeraih keabadian dalam kefanaan.
Di dalam satu dunia yang sama,
mengapa suatu hal bisa begitu berbeda?
Di belakangku senja terindah
yang akan segera menghilang,
di depanku hanya awan hitam bergulung
mengerikan bagai janji
sepenuhnya betapa dunia
memang berpeluang mengalami
bencana tak tertahankan.
Di jalan tol, aku tak bisa berbalik bahkan tak juga bisa menoleh
kebelakang. Aku hanya bisa melaju terus menerus melaju dan memang hanya
melaju selaju-lajunya kelajuan dalam kecepatan yang terlaju ketika di
hadapanku awan hitam yang bergulung-gulung itu bagaikan merendah dan
bersiap menerkam meski dalam kenyataannya memang hanya di
sana saja awan hitam itu bergulung-gulung dan terus bergulung-gulung
sungguh begitu matang untuk setiap saat menggulung.
Itulah yang membuat aku meluncur dengan perasaan rawan.
Aku melaju dijalan tol dengan kecepatan tinggi bagaikan
menuju ke sebuah dunia yang dengan pasti merupakan kegelapan
sementara di kaca spion kusaksikan tiga senja dengan
tiga matahari terbenam di ujung jalan tol di balik
pegunungan yang menyemburatkan cahaya keemasan
ke seantero langit seantero bumi memantik kesenduan
memantik keharuan yang menenggelamkan
perasaan dalam kedukaan yang mau tak mau harus ditahan.
Belum tentu sekali lagi dalam seumur hidupku
aku akan mendapatkan tiga senja sekaligus melalui
kaca spion di tengah, kiri, dan kanan dalam
mobilku yang meluncur dan melaju meninggalkannya
dengan tiga matahari yang bagaikan lempengan besi merah
membara membenam perlahan-lahan tapi pasti meski tetap
perlahan tapi meski tetap sepasti sepelan
perputaran bumi. Tiga senja dengan tiga matahari
membenam menyemburatkan langit di tiga kaca spion,
hanya dari kaca spion mobilku dan hanya dengan
meninggalkannya ke depan, terus menerus
melaju ke depan, maka aku akan bisa melihat
ketiga senja dengan ketiga matahari itu.
Meluncur di jalan tol tanpa ujung,
aku bahkan tidak memiliki
kemungkinan untuk kembali,
sepanjang hari sepanjang zaman aku menembus
ruang dalam waktu yang berkelebatan.
Di manakah ujung jalan tol ini?
Aku tak tahu menahu dan sungguh tiada tahu
menahu hanya bisa meluncur
dan menuju untuk terus menerus menuju dan
melaju ke depan tanpa
halangan. Dari manakah aku datang dan
akan menuju ke mana? Aku tak
tahu dan tak akan pernah tahu
karena aku hanya bisa meluncur di jalan
tol yang panjang tanpa ujung
tanpa pernah tahu akan berakhir entah
kapan dan di mana.
fothograper: trumbu karang:
http://www.facebook.com/profile.php?id=1692649643&v=info&ref=profile#!/photo.php?pid=41427&id=1692649643&fbid=1021681997631
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar